Senin, 08 Oktober 2012

Biografi Thaha Husen beserta puisinya



Pernyataan! Tulisan ini dikutip dari sumber internet. Dengan sedikit perombakan.
Nama               : Thaha Husen
Tempat Lahir   : Azbah, Mesir
Tanggal Lahir  : Jumat, 14 November 1889 M
Anak ke           : Ke-7 dari 13 bersaudara
Istri                  : Suzanne Bresseau
Anak               : Amina dan Moenis
Kuliah              : Agama dan Sastra Arab, Universitas al-Azhar
Wafat              : 13 Oktober 1932.
Husen merupakan seorang tokoh kontaraversial di Mesir. Pernah menjabat sebagai mentri pendidikan mesir dituduh mengajarkan sekularisme pada sekolah-sekolah. Tercatat sebagai pembaharu mesir. Ia juga menekankan pentingnya Mesir belajar pada Barat.
Sekularisme didefinisikan sebagai pembebasan manusia, pertama-tama dari agama dan kemudian dari metafisika yang mengatur nalar dan bahasanya. Sekularisme tidak hanya mengikuti aspek kehidupan sosial dan politik, tetapi juga merembes pada aspek kultular karena proses menunjukkan penentuan religius dari lambang-lambang integrasi kultular.
Komponen integrasi dalam dimensi sekularisme ada tiga:
1.      Keramat alam: pembebasan alam dari nada-nada keagamaan sehingga manusia tidak mendewakan alam dan boleh berbuat bebas terhadap alam untuk kemaslahatan.
2.      Deklarasi politik: menghapus legitimasi saklar kekuasaan politik yang merupakan prasyarat perubahan sosial.
3.      Deklarasi nilai-nilai: pemberian makna sementara dan relative pada semua karya budaya dan setiap sistem termaksud nilai agama serta pandangan hidup yang bermakna mutlak dan final sehingga manusia bebas menciptakan perubahan.[1]
Dia buta total pada usia 6 tahun karena sebuah penyakit bernama Optahlma. Namun tidak menyurutkan semangat belajarnya. Husen memulai pendidiknnya yang beragam, natara lain:
a.       SD Tradisional
b.      Universitas Al-azhar 10 tahun namun dipandang kuno.
c.       Pindah ke universitas kairo, mesir
d.      Dia disekolahkan di Universitas Sorbone, Paris Prancis untuk memperdalam filsafat, sastra prancis dan sastra klasik. Dia menulis disertasi tentang Ibn Khaldum.
Ide pemikiran Thaha Husen yang menggemparkan, antara lain:
1.      Sasatra arab yang dikenal bukan berasal dari sastra jahiliyah tatapi lahir di masa Islam dengan alasan mendukung pemahaman Alquran. Kata Thaha Husein bahwa jahiliyah merupakan masa keemasan para sastrawan,  hanya saja orang pintar itu berprilaku bodoh.
2.      Mesir tidak termaksud peradaban  timur seperti Cina dan India.
3.      Faham Nsionalisme Mesir. Pusat loyalitas  dan kesatuan nasional  adalah negara dan bagian negara itu mesir. Dalam kesatuan nasional itu ia melihat agama itu penting dalam nilai sosialnya yang merupakan ide nasional yang memeperkokoh kesatuan negara.
4.      Dia memandang bahwa mesir perlu perombakan kurikulum. Tiap sekolah diberi pendidikan sains dan nasionalis.
Profesi yang pernah didudukinya, antara lain:
2.      Professor of Arabic literature in the Faculty of Arts
3.      Staff di Universitas Amerika di Kairo
4.      Adviser to the Minister of Education and
5.      Director of the University of Alexandria
Hasil Karyanya antara lain:
  1. Wednesday talk (حديث الأربعاء) a collection of essays on literary criticism
  2. On Pre-Islamic poetry (في الشعر الجاهلي)
  3. The Sufferers: Stories and Polemics المعذبون فى الأرض
  4. A Man of Letters, a novel أديب
  5. The Days (3-Part Autobiography) الأيام
  6. An Egyptian Childhood طفولة مصري
  7. The Future of Culture in Egypt مستقبل الثقافة فى مصر
  8. The Tree of Misery شجرة البؤس
  9. The Call of the Curlew دعاء الكروان
Salah satu karya puisinya adalah:
Aku telah Menyembah Iblis
Kupikir engkau adalah penyesat, yang menuntun siapa yang kau kehendaki
untuk menyakiti, membenci dan menghina demi arogansi harga dirinya
Kekuasaan bagi yang kasar dan licik
Dengan memotong tangan pencuri dan merajam tubuh wanita, kau tegakkan kebenaran dengan pedang dan keadilanmu dengan menumpahkan darah.
Jika kau adalah pencipta para pembunuh beritahukanlah padaku dimana Tuhan bagi kaum yang lemah
Bila kau pencipta segala sesuatu mengapa kau melenyapkan banyak mereka yang hidup
Apa yang kau peroleh dengan membunuh yang tak berdaya
Apakah aku memuja penjagal yang meremukkan hati yang tak berdosa? ataukah aku memuja iblis yang mengirimi kita segel kenabian yang
menjanjikan surga bagi para mujahid dimana yang kuat yang akan hidup.
Buah korma, anggur dan ara serta sungai anggur kesalehan adalah surga terbaik bagi yang lapar dan hidup di gurun pasir, juga peraduan yang terbuat dari bebatuan ruby yang berharga, dan para perawan yang bernyanyi.
Kami, para pencinta yang beriman datang memenuhi panggilan mereka, menunggu datangnya setiap perintah dengan patuh.
Memuja Tuhan dengan sepenuh hati dan menanti pahala Tuhan berupa surga dengan pergumulan, teriakan dan penetrasi tanpa henti
Perawan akan diganti segera setelah mereka kehilangan keperawanannya.
Yang sudah pernah menikah diperbaharui lagi, dan kau jadi perawan, engkau Balfra.
Apakah aku menyembah seorang mucikari yang mempermainkan pikiran yang ****,
ataukah aku menyembah Iblis yang mengirimi kita segel kenabian.

Image
Image
Image
ImageImage
Image

Image
Image
Image

http://indonesia.faithfreedom.org/forum/khilafah-islamiyah-sebagai-solusi-masalah-negara-t46982/


[1] Tha Husen Ide Sekularisme, E book

Biografi dan Puisi Ahmad syauqi


Pernyataan! Tulisan ini dikutip dari sumber internet. Dengan sedikit perombakan.
Nama               : Ahmad Syauqi
Tempat Lahir   : Alhanafi, Kairo, Mesir
Tanggal Lahir  : 16 Oktober 1868 M
Kakek              : Ahmad Halim berdarah Turki
Nenek              : Berdarah Yunani
Istri                  : Tamraz
Wafat              : 13 Oktober 1932.
Percampuran tiga darah mempengaruhi karakter sastranya. Sebuah anekdok yang terkenal ialah  sebuah cerita dituangkan para penulis sejarah seni dan budaya untuk memberi gambaran betapa intimnya keluarga Syauqi dengan para petinggi Istana. Sewaktu kecil, mata Syauqi sakit. Syauqi kecil tidak dapat melihat ke bawah. Pada suatu hari sang nenek membawa Syauqi kecil mengunjungi Ismail (Penguasa Mesir pada waktu itu). Melihat mata Syauqi yang tidak dapat melihat ke bawah, Ismail mengambil beberapa butiran emas kemudian menaburkannya di atas permadani. Seketika pandangan Syauqi 'turun' ke bawah, lalu berusaha mengumpulkan dan bermain dengan butiran emas. Melihat tingkah polah Syauqi itu, Ismail memberi saran kepada sang nenek agar mengobati cucunya seperti yang ia lakukan. Sang nenek menjawab, "Obat seperti ini tidak dapat saya jumpai kecuali pada apotik paduka".
Pada masa Syauqi dua sistem pendidikan diberlakukan yaitu sistem pendidikan berbasis agama yang dipelopori al-Azhar, dan sistem Eropa yang berorientasi pada sains dan sastra. Syauqi memilih alternatif kedua. Setelah menamatkan Pendidikan Dasar dan Menengahnya di bawah asuhan syekh Soleh, ia melanjutkan studi di Fakultas hukum, kemudian pindah ke "fakultas Tarjamah" sehingga mendapatkan ijazah dalam bidang Seni Terjemah. Kemudian Syauqi melanjutkan studinya di Perancis untuk memperdalam ilmu hukum dan sastra Perancis. Ia banyak membaca dan menonton drama Perancis seperti Son of Alexandria Diamas dan Ji Di Mo Basan.
Pada tahun 1894 Syauqi kembali ke Mesir. Wawasan dan pengetahuan Syauqi juga semakin bertambah saat ia habiskan empat tahun berkelana di Perancis, ia semakin menguasai bahasa Perancis dan Turki sekaligus. Dia diangkat menjadi pujangga istana.
Perang Dunia I meletus Syauqi dan para pejabat istana lainnya diasingkan ke Andalusia (Spanyol). Di pengasingan inilah Syauqi dicekam kesendirian dan kerinduan akan tanah airnya yang kemudian dituangkan ke dalam syair-syair melankolis. Usai reda, Syauqi kembali ke tanah airnya mengabdikan diri kepada bangsa dan negaranya di bidang sastra sampai menghembuskan napas terakhir.
Tema-tema  syair Syauqi:
1.  Kuno “Klasik”: al-madh (sanjungan), al-fakher (kebanggan), al-ghozal (rayuan), al-rosta (belasungkawa) dan al-Hikmah (kata-kata bijak) dll.
2.    Kontemporer: pertama, Sejarah (Kibar al-Hawadis fii Wady el-Nil (Prahara Besar di Lembah Nil)), Tut Akhmun wa al-hadharah (Tut Akhmun dan Peradabannya),dan Waqa'i al-Usmaniyah (Fakta-fakta Dinasti Ottoman).
3.  Sosial: Kepedulian Syauqi terhadap sosial budaya dilatarbelakangi oleh Kesenjangan  antara kehidupan masyarakat dan istana. Syair-syair sosial yang diangkat Syauqi bisanya berkisar tentang kemiskinan, kebodohan dan petaka penyakit yang didera rakyat Mesir. Adapun judul karyanya: al-Hilal wa al-Sholib al-Ahmaroni (Bulan Sabit Merah dan Salib Merah), al-ilmu wa al-ta'lim wa wajibul mu'alim (Sains, Pendidikan dan Tuntutan Guru), dan lain lain.

Ada dua peristiwa dimana Syauqi terlihat keberpihakannya pada istana tanpa memperhatikan rakyat
a.       Syauqi baru pulang dari Perancis setelah empat tahun belajar disana. Timbul sikap arogansi dirinya dan lebih mengangkat tema 'darah biru' dan bangsawan istana. Pengetahuan Barat yang ia dapat, berpengaruh besar pada sikapnya yang merendahkan kebudayaan Arab. Ia berasumsi bahwa yang menjadikannya maju bukanlah bangsa Arab, tapi para bangsawan istana yang kebanyakan bukan kalangan Arab, karena yang mendorong dan mendukungnya studi di Eropa adalah Abbas, sang Sultan.
b.      Peristiwa Densaway, peristiwa ini terjadi karena salah seorang tentara Inggris mati di daerah ini karena tertimpa sengatan matahari ketika hendak merampas ladang para petani. Kemudian Jendral Lord Klomer mengomandoi tentaranya untuk membantai penduduk desa tersebut, dan timbulah pemberontakan dan perlawanan dari rakyat Densaway. Pada peristiwa tersebut para petinggi kerajaan tidak ikut campur, termasuk Syauqi yang merekam sejarah tersebut dalam syairnya. Dalam syairnya Syauqi  menduga kesalahan Lord Klomer hanya kesalahan biasa, maka ia memohon kepada masyarakat agar melupakannya.
Puisi Ahmad Syauqi:
قِفْ بروما ، وشاهد الأمرَ ، واشه


قِفْ بروما ، وشاهد الأمرَ ، واشهد
أَن للمُلك مالكاً سبحانَه
دولة ٌ في الثرى ، وأَنقاضُ مُلكٍ
هَدَمَ الدهرُ في العُلا بنيانه
مَزقت تاجهَ الخطوبُ ، وألقت
في الترابِ الذي أرى صولجانه
طللٌ ، عند دمنة ٍ ، عند رسمٍ
ككتابٍ محا البلى عنوانه
وَتَماثيلُ كَالحَقائِقِ تَزدا
دُ وُضوحاً عَلى المَدى وَإِبّانَه
مَن رَآها يَقولُ هَذي مُلوكُ
الدَهرِ هَذا وَقارُهُم وَالرَزانَه
وَبَقايا هَياكِلٍ وَقُصورٍ
بَينَ أَخذِ البِلى وَدَفعِ المَتانَه
عَبَثَ الدَهرُ بِالحَوارِيِّ فيها
وَبَيلَيوسَ لَم يَهَب أُرجُوانَه
وَجَرَت هاهُنا أُمورٌ كِبارٌ
واصَلَ الدَهرُ بَعدَها جَرَيانَه
راحَ دينٌ وَجاءَ دينٌ وَوَلّى
مُلكُ قَومٍ وَحَلَّ مَلِكٌ مَكانَه
وَالَّذي حَصَّلَ المُجِدّونَ إِهرا
قُ دِماءٍ خَليقَةٍ بِالصِيانَه
لَيتَ شِعري إِلامَ يَقتَتِلُ النا
سُ عَلى ذي الدَنِيَّةِ الفَتّانَه
بَلَدٌ كانَ لِلنَصارى قَتاداً
صارَ مُلكَ القُسوسِ عَرشُ الدِيانَه
وَشُعوبٌ يَمحونَ آيَةَ عيسى
ثُمَّ يُعلونَ في البَرِيَّةِ شانَه
وَيُهينونَ صاحِبَ الروحِ مَيتاً
وَيُعِزّونَ بَعدَهُ أَكفانَه
عالَمٌ قُلَّبٌ وَأَحلامُ خَلقٍ
تَتَبارى غَباوَةً وَفَطانَه
رَومَةُ الزَهوِ في الشَرائِعِ وَالحِك
مَةِ في الحُكمِ وَالهَوى وَالمَجانَه
وَالتَناهي فَما تَعَدّى عَزيزاً
فيكِ عِزٌّ وَلا مَهيناً مَهانَه
ما لِحَيٍّ لَم يُمسِ مِنكِ قَبيلٌ
أَو بِلادٌ يُعِدُّها أَوطانَه
يُصبِحُ الناسُ فيكِ مَولى وَعَبداً
وَيَرى عَبدُكِ الوَرى غِلمانَه
أَينَ مُلكٌ في الشَرقِ وَالغَربِ عالٍ
تَحسُدُ الشَمسُ في الضُحى سُلطانَه
قادِرٌ يَمسَخُ المَمالِكَ أَعما
لاً وَيُعطي وَسيعَها أَعوانَه
أَينَ مالٌ جَبَيتِهِ وَرَعايا
كُلُّهُم خازِنٌ وَأَنتِ الخَزانَه
أَينَ أَشرَافُكِ الَّذينَ طَغَوا في الدَه
رِ حَتّى أَذاقَهُم طُغيانَه
أَينَ قاضيكِ ما أَناخَ عَلَيهِ
أَينَ ناديكِ ما دَهى شَيخانَه
قَد رَأَينا عَلَيكِ آثارَ حُزنٍ
وَمِنَ الدورِ ما تَرى أَحزانَه
اِقصِري وَاِسأَلي عَنِ الدَهرِ مِصراً
هَل قَضَت مَرَّتَينِ مِنهُ اللُبانَه
إِنَّ مَن فَرَّقَ العِبادَ شُعوباً
جَعَلَ القِسطَ بَينَها ميزانَه
هَبكِ أَفنَيتِ بِالحِدادِ اللَيالي
لَن تَرَدّى عَلى الوَرى رومانَه



HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL Era teknologi menawarkan efesiensi kerja yang tidak terikat waktu, jarak dan tempat. Sifat...