Senin, 08 Oktober 2012

Biografi dan Puisi Ahmad syauqi


Pernyataan! Tulisan ini dikutip dari sumber internet. Dengan sedikit perombakan.
Nama               : Ahmad Syauqi
Tempat Lahir   : Alhanafi, Kairo, Mesir
Tanggal Lahir  : 16 Oktober 1868 M
Kakek              : Ahmad Halim berdarah Turki
Nenek              : Berdarah Yunani
Istri                  : Tamraz
Wafat              : 13 Oktober 1932.
Percampuran tiga darah mempengaruhi karakter sastranya. Sebuah anekdok yang terkenal ialah  sebuah cerita dituangkan para penulis sejarah seni dan budaya untuk memberi gambaran betapa intimnya keluarga Syauqi dengan para petinggi Istana. Sewaktu kecil, mata Syauqi sakit. Syauqi kecil tidak dapat melihat ke bawah. Pada suatu hari sang nenek membawa Syauqi kecil mengunjungi Ismail (Penguasa Mesir pada waktu itu). Melihat mata Syauqi yang tidak dapat melihat ke bawah, Ismail mengambil beberapa butiran emas kemudian menaburkannya di atas permadani. Seketika pandangan Syauqi 'turun' ke bawah, lalu berusaha mengumpulkan dan bermain dengan butiran emas. Melihat tingkah polah Syauqi itu, Ismail memberi saran kepada sang nenek agar mengobati cucunya seperti yang ia lakukan. Sang nenek menjawab, "Obat seperti ini tidak dapat saya jumpai kecuali pada apotik paduka".
Pada masa Syauqi dua sistem pendidikan diberlakukan yaitu sistem pendidikan berbasis agama yang dipelopori al-Azhar, dan sistem Eropa yang berorientasi pada sains dan sastra. Syauqi memilih alternatif kedua. Setelah menamatkan Pendidikan Dasar dan Menengahnya di bawah asuhan syekh Soleh, ia melanjutkan studi di Fakultas hukum, kemudian pindah ke "fakultas Tarjamah" sehingga mendapatkan ijazah dalam bidang Seni Terjemah. Kemudian Syauqi melanjutkan studinya di Perancis untuk memperdalam ilmu hukum dan sastra Perancis. Ia banyak membaca dan menonton drama Perancis seperti Son of Alexandria Diamas dan Ji Di Mo Basan.
Pada tahun 1894 Syauqi kembali ke Mesir. Wawasan dan pengetahuan Syauqi juga semakin bertambah saat ia habiskan empat tahun berkelana di Perancis, ia semakin menguasai bahasa Perancis dan Turki sekaligus. Dia diangkat menjadi pujangga istana.
Perang Dunia I meletus Syauqi dan para pejabat istana lainnya diasingkan ke Andalusia (Spanyol). Di pengasingan inilah Syauqi dicekam kesendirian dan kerinduan akan tanah airnya yang kemudian dituangkan ke dalam syair-syair melankolis. Usai reda, Syauqi kembali ke tanah airnya mengabdikan diri kepada bangsa dan negaranya di bidang sastra sampai menghembuskan napas terakhir.
Tema-tema  syair Syauqi:
1.  Kuno “Klasik”: al-madh (sanjungan), al-fakher (kebanggan), al-ghozal (rayuan), al-rosta (belasungkawa) dan al-Hikmah (kata-kata bijak) dll.
2.    Kontemporer: pertama, Sejarah (Kibar al-Hawadis fii Wady el-Nil (Prahara Besar di Lembah Nil)), Tut Akhmun wa al-hadharah (Tut Akhmun dan Peradabannya),dan Waqa'i al-Usmaniyah (Fakta-fakta Dinasti Ottoman).
3.  Sosial: Kepedulian Syauqi terhadap sosial budaya dilatarbelakangi oleh Kesenjangan  antara kehidupan masyarakat dan istana. Syair-syair sosial yang diangkat Syauqi bisanya berkisar tentang kemiskinan, kebodohan dan petaka penyakit yang didera rakyat Mesir. Adapun judul karyanya: al-Hilal wa al-Sholib al-Ahmaroni (Bulan Sabit Merah dan Salib Merah), al-ilmu wa al-ta'lim wa wajibul mu'alim (Sains, Pendidikan dan Tuntutan Guru), dan lain lain.

Ada dua peristiwa dimana Syauqi terlihat keberpihakannya pada istana tanpa memperhatikan rakyat
a.       Syauqi baru pulang dari Perancis setelah empat tahun belajar disana. Timbul sikap arogansi dirinya dan lebih mengangkat tema 'darah biru' dan bangsawan istana. Pengetahuan Barat yang ia dapat, berpengaruh besar pada sikapnya yang merendahkan kebudayaan Arab. Ia berasumsi bahwa yang menjadikannya maju bukanlah bangsa Arab, tapi para bangsawan istana yang kebanyakan bukan kalangan Arab, karena yang mendorong dan mendukungnya studi di Eropa adalah Abbas, sang Sultan.
b.      Peristiwa Densaway, peristiwa ini terjadi karena salah seorang tentara Inggris mati di daerah ini karena tertimpa sengatan matahari ketika hendak merampas ladang para petani. Kemudian Jendral Lord Klomer mengomandoi tentaranya untuk membantai penduduk desa tersebut, dan timbulah pemberontakan dan perlawanan dari rakyat Densaway. Pada peristiwa tersebut para petinggi kerajaan tidak ikut campur, termasuk Syauqi yang merekam sejarah tersebut dalam syairnya. Dalam syairnya Syauqi  menduga kesalahan Lord Klomer hanya kesalahan biasa, maka ia memohon kepada masyarakat agar melupakannya.
Puisi Ahmad Syauqi:
قِفْ بروما ، وشاهد الأمرَ ، واشه


قِفْ بروما ، وشاهد الأمرَ ، واشهد
أَن للمُلك مالكاً سبحانَه
دولة ٌ في الثرى ، وأَنقاضُ مُلكٍ
هَدَمَ الدهرُ في العُلا بنيانه
مَزقت تاجهَ الخطوبُ ، وألقت
في الترابِ الذي أرى صولجانه
طللٌ ، عند دمنة ٍ ، عند رسمٍ
ككتابٍ محا البلى عنوانه
وَتَماثيلُ كَالحَقائِقِ تَزدا
دُ وُضوحاً عَلى المَدى وَإِبّانَه
مَن رَآها يَقولُ هَذي مُلوكُ
الدَهرِ هَذا وَقارُهُم وَالرَزانَه
وَبَقايا هَياكِلٍ وَقُصورٍ
بَينَ أَخذِ البِلى وَدَفعِ المَتانَه
عَبَثَ الدَهرُ بِالحَوارِيِّ فيها
وَبَيلَيوسَ لَم يَهَب أُرجُوانَه
وَجَرَت هاهُنا أُمورٌ كِبارٌ
واصَلَ الدَهرُ بَعدَها جَرَيانَه
راحَ دينٌ وَجاءَ دينٌ وَوَلّى
مُلكُ قَومٍ وَحَلَّ مَلِكٌ مَكانَه
وَالَّذي حَصَّلَ المُجِدّونَ إِهرا
قُ دِماءٍ خَليقَةٍ بِالصِيانَه
لَيتَ شِعري إِلامَ يَقتَتِلُ النا
سُ عَلى ذي الدَنِيَّةِ الفَتّانَه
بَلَدٌ كانَ لِلنَصارى قَتاداً
صارَ مُلكَ القُسوسِ عَرشُ الدِيانَه
وَشُعوبٌ يَمحونَ آيَةَ عيسى
ثُمَّ يُعلونَ في البَرِيَّةِ شانَه
وَيُهينونَ صاحِبَ الروحِ مَيتاً
وَيُعِزّونَ بَعدَهُ أَكفانَه
عالَمٌ قُلَّبٌ وَأَحلامُ خَلقٍ
تَتَبارى غَباوَةً وَفَطانَه
رَومَةُ الزَهوِ في الشَرائِعِ وَالحِك
مَةِ في الحُكمِ وَالهَوى وَالمَجانَه
وَالتَناهي فَما تَعَدّى عَزيزاً
فيكِ عِزٌّ وَلا مَهيناً مَهانَه
ما لِحَيٍّ لَم يُمسِ مِنكِ قَبيلٌ
أَو بِلادٌ يُعِدُّها أَوطانَه
يُصبِحُ الناسُ فيكِ مَولى وَعَبداً
وَيَرى عَبدُكِ الوَرى غِلمانَه
أَينَ مُلكٌ في الشَرقِ وَالغَربِ عالٍ
تَحسُدُ الشَمسُ في الضُحى سُلطانَه
قادِرٌ يَمسَخُ المَمالِكَ أَعما
لاً وَيُعطي وَسيعَها أَعوانَه
أَينَ مالٌ جَبَيتِهِ وَرَعايا
كُلُّهُم خازِنٌ وَأَنتِ الخَزانَه
أَينَ أَشرَافُكِ الَّذينَ طَغَوا في الدَه
رِ حَتّى أَذاقَهُم طُغيانَه
أَينَ قاضيكِ ما أَناخَ عَلَيهِ
أَينَ ناديكِ ما دَهى شَيخانَه
قَد رَأَينا عَلَيكِ آثارَ حُزنٍ
وَمِنَ الدورِ ما تَرى أَحزانَه
اِقصِري وَاِسأَلي عَنِ الدَهرِ مِصراً
هَل قَضَت مَرَّتَينِ مِنهُ اللُبانَه
إِنَّ مَن فَرَّقَ العِبادَ شُعوباً
جَعَلَ القِسطَ بَينَها ميزانَه
هَبكِ أَفنَيتِ بِالحِدادِ اللَيالي
لَن تَرَدّى عَلى الوَرى رومانَه



Tidak ada komentar:

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL Era teknologi menawarkan efesiensi kerja yang tidak terikat waktu, jarak dan tempat. Sifat...