Pernyataan! Tulisan ini dikutip dari sumber internet. Dengan sedikit perombakan.
Nama : Ahmad Syauqi
Tempat Lahir : Alhanafi, Kairo, Mesir
Tanggal Lahir : 16 Oktober 1868 M
Kakek : Ahmad Halim berdarah Turki
Nenek : Berdarah
Yunani
Istri : Tamraz
Wafat :
13 Oktober 1932.
Percampuran tiga darah mempengaruhi
karakter sastranya. Sebuah anekdok yang terkenal ialah sebuah cerita dituangkan para penulis sejarah
seni dan budaya untuk memberi gambaran betapa intimnya keluarga Syauqi dengan
para petinggi Istana. Sewaktu kecil, mata Syauqi sakit. Syauqi kecil tidak
dapat melihat ke bawah. Pada suatu hari sang nenek membawa Syauqi kecil
mengunjungi Ismail (Penguasa Mesir pada waktu itu). Melihat mata Syauqi yang
tidak dapat melihat ke bawah, Ismail mengambil beberapa butiran emas kemudian
menaburkannya di atas permadani. Seketika pandangan Syauqi 'turun' ke bawah,
lalu berusaha mengumpulkan dan bermain dengan butiran emas. Melihat tingkah
polah Syauqi itu, Ismail memberi saran kepada sang nenek agar mengobati cucunya
seperti yang ia lakukan. Sang nenek menjawab, "Obat seperti ini tidak
dapat saya jumpai kecuali pada apotik paduka".
Pada masa Syauqi dua sistem pendidikan diberlakukan
yaitu sistem pendidikan berbasis agama yang dipelopori al-Azhar, dan sistem
Eropa yang berorientasi pada sains dan sastra. Syauqi memilih alternatif kedua.
Setelah menamatkan Pendidikan Dasar dan Menengahnya di bawah asuhan syekh
Soleh, ia melanjutkan studi di Fakultas hukum, kemudian pindah ke
"fakultas Tarjamah" sehingga mendapatkan ijazah dalam bidang Seni
Terjemah. Kemudian Syauqi melanjutkan studinya di Perancis untuk memperdalam
ilmu hukum dan sastra Perancis. Ia banyak membaca dan menonton drama Perancis
seperti Son of Alexandria Diamas dan Ji Di Mo Basan.
Pada tahun 1894 Syauqi kembali ke Mesir. Wawasan dan
pengetahuan Syauqi juga semakin bertambah saat ia habiskan empat tahun
berkelana di Perancis, ia semakin menguasai bahasa Perancis dan Turki
sekaligus. Dia diangkat menjadi pujangga istana.
Perang Dunia I meletus Syauqi dan para pejabat istana
lainnya diasingkan ke Andalusia (Spanyol). Di pengasingan inilah Syauqi dicekam
kesendirian dan kerinduan akan tanah airnya yang kemudian dituangkan ke dalam
syair-syair melankolis. Usai reda, Syauqi kembali ke tanah airnya mengabdikan
diri kepada bangsa dan negaranya di bidang sastra sampai menghembuskan napas
terakhir.
Tema-tema syair
Syauqi:
1. Kuno “Klasik”: al-madh (sanjungan), al-fakher
(kebanggan), al-ghozal (rayuan), al-rosta (belasungkawa) dan al-Hikmah
(kata-kata bijak) dll.
2. Kontemporer: pertama, Sejarah (Kibar
al-Hawadis fii Wady el-Nil (Prahara Besar di Lembah Nil)), Tut Akhmun wa
al-hadharah (Tut Akhmun dan Peradabannya),dan Waqa'i al-Usmaniyah
(Fakta-fakta Dinasti Ottoman).
3. Sosial: Kepedulian Syauqi terhadap sosial
budaya dilatarbelakangi oleh Kesenjangan antara kehidupan masyarakat dan istana.
Syair-syair sosial yang diangkat Syauqi bisanya berkisar tentang kemiskinan,
kebodohan dan petaka penyakit yang didera rakyat Mesir. Adapun judul karyanya: al-Hilal
wa al-Sholib al-Ahmaroni (Bulan Sabit Merah dan Salib Merah), al-ilmu wa
al-ta'lim wa wajibul mu'alim (Sains, Pendidikan dan Tuntutan Guru), dan
lain lain.
Ada dua peristiwa dimana Syauqi terlihat
keberpihakannya pada istana tanpa memperhatikan rakyat
a. Syauqi baru pulang dari Perancis setelah
empat tahun belajar disana. Timbul sikap arogansi dirinya dan lebih mengangkat
tema 'darah biru' dan bangsawan istana. Pengetahuan Barat yang ia dapat,
berpengaruh besar pada sikapnya yang merendahkan kebudayaan Arab. Ia berasumsi
bahwa yang menjadikannya maju bukanlah bangsa Arab, tapi para bangsawan istana
yang kebanyakan bukan kalangan Arab, karena yang mendorong dan mendukungnya
studi di Eropa adalah Abbas, sang Sultan.
b. Peristiwa Densaway, peristiwa ini
terjadi karena salah seorang tentara Inggris mati di daerah ini karena tertimpa
sengatan matahari ketika hendak merampas ladang para petani. Kemudian Jendral
Lord Klomer mengomandoi tentaranya untuk membantai penduduk desa tersebut, dan
timbulah pemberontakan dan perlawanan dari rakyat Densaway. Pada peristiwa
tersebut para petinggi kerajaan tidak ikut campur, termasuk Syauqi yang merekam
sejarah tersebut dalam syairnya. Dalam syairnya Syauqi menduga kesalahan Lord Klomer hanya kesalahan
biasa, maka ia memohon kepada masyarakat agar melupakannya.
Puisi Ahmad Syauqi:
قِفْ بروما ، وشاهد الأمرَ ، واشه
قِفْ بروما ، وشاهد الأمرَ ، واشهد
|
أَن للمُلك مالكاً سبحانَه
|
دولة ٌ في الثرى ، وأَنقاضُ مُلكٍ
|
هَدَمَ الدهرُ في العُلا بنيانه
|
مَزقت تاجهَ الخطوبُ ، وألقت
|
في الترابِ الذي أرى صولجانه
|
طللٌ ، عند دمنة ٍ ، عند رسمٍ
|
ككتابٍ محا البلى عنوانه
|
وَتَماثيلُ كَالحَقائِقِ تَزدا
|
دُ وُضوحاً عَلى المَدى وَإِبّانَه
|
مَن رَآها يَقولُ هَذي مُلوكُ
|
الدَهرِ هَذا وَقارُهُم وَالرَزانَه
|
وَبَقايا هَياكِلٍ وَقُصورٍ
|
بَينَ أَخذِ البِلى وَدَفعِ المَتانَه
|
عَبَثَ الدَهرُ بِالحَوارِيِّ فيها
|
وَبَيلَيوسَ لَم يَهَب أُرجُوانَه
|
وَجَرَت هاهُنا أُمورٌ كِبارٌ
|
واصَلَ الدَهرُ بَعدَها جَرَيانَه
|
راحَ دينٌ وَجاءَ دينٌ وَوَلّى
|
مُلكُ قَومٍ وَحَلَّ مَلِكٌ مَكانَه
|
وَالَّذي حَصَّلَ المُجِدّونَ إِهرا
|
قُ دِماءٍ خَليقَةٍ بِالصِيانَه
|
لَيتَ شِعري إِلامَ يَقتَتِلُ النا
|
سُ عَلى ذي الدَنِيَّةِ الفَتّانَه
|
بَلَدٌ كانَ لِلنَصارى قَتاداً
|
صارَ مُلكَ القُسوسِ عَرشُ الدِيانَه
|
وَشُعوبٌ يَمحونَ آيَةَ عيسى
|
ثُمَّ يُعلونَ في البَرِيَّةِ شانَه
|
وَيُهينونَ صاحِبَ الروحِ مَيتاً
|
وَيُعِزّونَ بَعدَهُ أَكفانَه
|
عالَمٌ قُلَّبٌ وَأَحلامُ خَلقٍ
|
تَتَبارى غَباوَةً وَفَطانَه
|
رَومَةُ الزَهوِ في الشَرائِعِ وَالحِك
|
مَةِ في الحُكمِ وَالهَوى وَالمَجانَه
|
وَالتَناهي فَما تَعَدّى عَزيزاً
|
فيكِ عِزٌّ وَلا مَهيناً مَهانَه
|
ما لِحَيٍّ لَم يُمسِ مِنكِ قَبيلٌ
|
أَو بِلادٌ يُعِدُّها أَوطانَه
|
يُصبِحُ الناسُ فيكِ مَولى وَعَبداً
|
وَيَرى عَبدُكِ الوَرى غِلمانَه
|
أَينَ مُلكٌ في الشَرقِ وَالغَربِ عالٍ
|
تَحسُدُ الشَمسُ في الضُحى سُلطانَه
|
قادِرٌ يَمسَخُ المَمالِكَ أَعما
|
لاً وَيُعطي وَسيعَها أَعوانَه
|
أَينَ مالٌ جَبَيتِهِ وَرَعايا
|
كُلُّهُم خازِنٌ وَأَنتِ الخَزانَه
|
أَينَ أَشرَافُكِ الَّذينَ طَغَوا في الدَه
|
رِ حَتّى أَذاقَهُم طُغيانَه
|
أَينَ قاضيكِ ما أَناخَ عَلَيهِ
|
أَينَ ناديكِ ما دَهى شَيخانَه
|
قَد رَأَينا عَلَيكِ آثارَ حُزنٍ
|
وَمِنَ الدورِ ما تَرى أَحزانَه
|
اِقصِري وَاِسأَلي عَنِ الدَهرِ مِصراً
|
هَل قَضَت مَرَّتَينِ مِنهُ اللُبانَه
|
إِنَّ مَن فَرَّقَ العِبادَ شُعوباً
|
جَعَلَ القِسطَ بَينَها ميزانَه
|
هَبكِ أَفنَيتِ بِالحِدادِ اللَيالي
|
لَن تَرَدّى عَلى الوَرى رومانَه
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar