Senin, 02 Juli 2012

Linguistik Bab Fonologi


PENDAHULUAN

Kalau kita mendengar orang berbicara, baik dalam berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa yang terus menerus.runtunan bunyi bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan-tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan hentian-hentian atau jeda yang terdapat dalam runtunan bunyi tersebut.
Fonologi (الفونولوجيا) secara etimologi berasal dari kata fon dan logi yang berarti bunyi dan ilmu. Fonologi merupakan bidang lingustik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi bahasa.[1]
Pada hakikatnya fonologi mengacu pada sistem bunyi bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris, ada gugus konsonan yang secara alami sulit diucapkan oleh penutur asli bahasa Inggris karena tidak sesuai dengan sistem fonologis bahasa Inggris, namun gugus konsonan tersebut mungkin dapat dengan mudah diucapkan oleh penutur asli bahasa lain yang sistem fonologisnya terdapat gugus konsonan tersebut. Contoh sederhana adalah pengucapan gugus ‘ng’ pada awal kata, hanya berterima dalam sistem fonologis bahasa Indonesia, namun tidak berterima dalam sistem fonologis bahasa Inggris. Kemaknawian utama dari pengetahuan akan sistem fonologi ini adalah dalam pemberian nama untuk suatu produk, khususnya yang akan dipasarkan di dunia internasional. Nama produk tersebut tentunya akan lebih baik jika disesuaikan dengan sistem fonologis bahasa Inggris, sebagai bahasa internasional.
Sejarah fonetik
Ilmu fonetika pertama kali dipelajari sekitar abad ke-5 SM di India Kuna oleh Pāṇini, sang resi yang mempelajari bahasa Sansekerta. Semua aksara yang berdasarkan aksara India sampai sekarang masih menggunakan klasifikasi Panini ini, termasuk beberapa aksara Nusantara. Tulisan Yunani Kuno dinobatkan sebagai dasar pertama penulisan lambang alfabet. Fonetika modern diawali oleh Alexander Melville Bell melalui bukunya Visible Speech (1867) yang memperkenalkan suatu sistem penulisan bunyi-bunyi bahasa secara teliti dan teratur.
Ilmu fonetik kemudian berkembang dengan pesat di akhir abad ke-19 akibat ditemukannya fonograf, yang membantu perekaman bunyi-bunyi bahasa. Berkat alat tersebut, fonetisi dapat mempelajari bunyi-bunyi bahasa dengan lebih baik, mudah, dan akurat dari sebelumnya karena alat tersebut dapat mengulang-ulang tuturan yang direkamnya sampai fonetisi dapat menganalisisnya dengan akurat. Dengan menggunakan fonograf Edison, Ludimar Hermann menyelidiki sifat-sifat spektral dalam bunyi vokoid dan kontoid. Dalam karya ilmiahnyalah istilah forman diperkenalkan. Hermann juga memutar-mutar bunyi-bunyi vokoid menggunakan fonograf Edison dalam berbagai kecepatan dalam rangka menguji teori Willis dan Wheatstone mengenai produksi bunyi vokoid.
           



FONETIK
Fonetik (تالأصوا) adalah salah satu bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara “fisik” tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna[2]. Misalnya ketidaksamaan bunyi huruf (i) pada kata intan, angin dan batik atau bunyi huruf (P) pada kata bahasa inggris space, map dan pace. Dalam hal ini tiga tahap proses terjadinya bunyi dimulai dari pembicara sampai pada pendengar. Berikut penjelasannya yang dibuat secara berurutan, antara lain:
1.      Fonetik Artikulatoris/ Fonetik Organis ( رتعبي)
Bidang ini mempelajari alat-alat organik manakah yang digunakan dalam menghasilkan bunyi dan bagaimana mekanismenya. Bidang inilah yang termaksud dalam pembahasa linguistik.
2.      Fonetik Akustik (تالصوتيا)
Bidang ini meneliti bunyi sebagai peristiwa alam
3.      Fonetik Auditoris (يسمع)
Bidang yang mempelajari bagaimana bunyi itu dapat di terima oleh telinga. Bidang ini dielajari oleh neurologi[3].
I.          FONETIK ARTIKULATORIS
Fonetik artikulatoris: bidang yang dikaji oleh linguistik. Pada pembahasan ini ada 3 hal yang akan dibahas yaitu:
I.1. Alat Ucap
Alat ucap yang kita miliki di dalaam tubuh yang dari situlah bunyi-bunyi itu keluar. Alat-alat ucap ini terbagi dua yaitu:
1.      Artikulator (ةمفصل): alat ucap yang secara aktif bergerak dalam pembentukan bunyi. Antara lain:
·         Bibir bawah (lower lip/labium/ ىلسفل ا  الشفة)
·         Gig atas (upper teeth/dentum/ ةلعلوي ا الأسنان)
·         Gigi bawah (lower teeth/dentum/ ن الأسنا انخفاض)
·         Ujung lidah (tip of the tongue/apex/ ناللسا من غيض)
·         Daun lidah (blade o the tongue/laminum/ ناللسا شفرة)
·         Pangkal lidah (back of the tongue/dorsum/ ناللسا من الخلفي)
2.      Artikulasi ( رتعبي): daerah tempat terbentuknya bunyi bahasa. Antara lain:
·         Lengkung kaki gigi, gusi (alveloum)
·         Pita suara (vocal cord/ يلصوتا الحبل)
·         Rongga hidung (nasal cavity/ فالأن جوف)
·         Rongga mulut (oral cavity/ مالف جوف)
·         Rongga tekak (pharynx/ مبلعو)
·         Pangkal tenggorokan (larynx/ ةحنجر)
·         Epiglotis (epiglottis/ ةلها)
·         Langi-langi keras (hard palate/palatum/ بالصل الحنك)
·         Langit-langit lunak (soft palate/velum/ والرخ الحنك)
·         Anak tekak (uvula/ قلحل لهاة ا)
·         Anak tekak (uvula/ قلحل لهاة ا)[4]
I.2  Klasifikasi Bahasa
1)      Vokal (ةالعل): bunyi yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa penyimpitan atau rintangan[5] ketika artikulator dan artikulasi saling kontak. Sebagaimana kita menyebutkan huruf vokal yakni A, O, I, U dan E
Berdasarkan bentuk lidah dalam menghasilkan bunyi ada 2, yaitu:
a)      Horizontal (يأفق): posisi lidah lebih datar sehingga mempengaruhi bunyi, yakni:
·         Vokal depan yang menghasilkan huruf i dan e
·         Vokal tengah/ madya yang menghasilkan huruf dalam kata lebih
·         Vokal belakang yang menghasilkan huruf u dan o
b)      Vertikal (يعمود): berdasarkan tinggi rendahnya posisi lidah terhadap langit-langit, antara lain:
·         Vokal tinggi yang menghasilkan bunyi i dan u
·         Vokal tengah yang menghasilkan bunyi e
·         Vokal rendah yang menghasilkan bunyi a[6]
Berdasarkan bentuk mulutnya terbagi 2 yaitu:
a)      Vokal bundar untuk bunyi o dan u
b)      Vokal tidak bundar untuk bunyi i dan e
2)      Konsonan (نساك): bunyi yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada salah satu bagian alat-alat bicara
Berdasarkan tempat artikulasinya terbagi 4 yaitu:
a.  Bilabial: bunyi huruf konsonan yang terjadi kedua belah bibir yang saling            berkontraksi. Contoh pada huruf [p] adalah bunyi oral yaitu dikelarkan melalui rongga mulut, dan bunyi [m] bunyi nasal yaitu bunyi yang dikeluarkan melalui rongga hidung.
b.    Labiodental: bunyi huruf konsonan yang terjadi pada bibir bawah dengan gigi atas yang menghasilkan huruf f dan v.
c.   Dorsvelar: konsonan yang yang terjadi pangkal lidah dan velum sepert bunyi huruf k dan g.
d    Aminoalveolar: Konsonan yang terjadi pada lidah dan gusi, seperti pada bunyi t dan d.
Berdasarkan cara artikulasinya meliputi:
a.       Konsonan letupan, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan menghambat arus udara seluruhnya di tempat artikulasi tertentu secara tiba-tiba dan alat bicara di tempat tersebut dilepaskan kembali. Contoh: diantara bibir, hasilnya (p) pada kata paman dan (b)pada kata Batak. Diantara ujung lidah dan lengkung gigi : hasilnya (t) pada kata tari, dan (d) pada kata dari.
b.      Konsonan kontinuan, yaitu semua konsonan yang bukan letupan (dapat diteruskann pelafannya), meliputi beberapa jenis :
Ø  Konsonan getaran: konsonan yang pelafalannya terdiri atas pengulangan cepat yang biasa disebut “pengartikulasian dasar”. Contoh: huruf (r), namanya”r getar”.
Ø   Konsonan sengau: konsonan yang dihasilkan dengan menutup arus udara dan keluar melalui rongga mulut dengan membuka jalan agar dapat keluar melalui rongga hidung. Contoh: pelafan huruf (m) pada kata masih, huruf (n) pada kata namun dan sebagainya.
Ø  Konsonan sampingan: konsonan yang dihasilkan dengan menghalangi arus udara sedemikian rupa sehingga hanya bisa keluar melalui sebelah atau kedua belah sisi lidah saja. Hasilnya huruf (l) pada kata melamun.
Ø  Konsonan geseran (frikatif): konsonan yang dihasilkan oleh alur yang amat sempit sehingga sebagian besar arus udara terhambat. Contoh pada faringal: hasilnya (h) pada kata hamil, antara pangkal lidah dan anak tekak : hasilnya (r) rumah pada pelafalan orang sumatra.
Ø  Konsonan paduan atau afrikat: konsonan yang dihasilkan dengan menghambat udara pada salah satu tempat artikulasi secara implosif, lalu melepaskannya secara frikatif. Contoh antara lidah dan langit-langit keras, pada kata bridge (jembatan).
Ø  Konsonan aliran yaitu konsonan kontinuan yang tidak frikatif atau paduan , demikian konsonan sengau dan konsonan sampingan adalah konsonan aliran.
c.       Konsonan kembar atau jeminat: konsonan yang diperpanjang pelafalannya. Perpanjangan itu berbeda-beda sifatnya. Contoh dalam bahasa inggris abad pertengahan kata sonne “matahari” ( o nya diucapkan seperti vokal dalam kata inggris “modern book” ).
A.    Unsur Suprasegmental
Runtutan bunyi yang berkesenambungan terus-menerus diselang-seling dengan jeda agak singkat, dengan memperhatikan keras lembutnya bunyi, tinggi rendahnya bunyi, dan sebagainya. Dibedakan menjadi:
1)      Silabel ( عالمقاط): satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran. Satu silabel biasanya meliputi satu vokal dan satu konsonan atau lebih.
2)      Jeda ( وقف) atau persendian, ini berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar. Sendi dalam menunjukan antara batas satu silabel dengan silabel lain (biasanya siberi tanda +) misalnya: /am+bil/, /lam+pu/, /pe+lak+sa+na/. Sendi luar menunjukan batas yang lebih besar dari segmen silabel. Biasanya dibedakan:
a.    Jeda antar kata dalam frase diberi tanda berupa garis miring tunggal (/).
b.    Jeda antar kata dalam klausa diberi tanda berupa garis miring ganda (//).
c.    Jeda antar kalimat dalam wacana diberi tanda berupa garis silang ganda(#),contoh: # buku // sejarah / baru #, # buku / sejarah // baru #.
3)      Tekanan ( طالضغ), ini menyangkut masalah keras lunaknya bunyi.
4)      Nada ( ةنغم), ini berkenaan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Dalam bahasa tonal biasanya dikenalo dengan lima macam nada:
a.       Nada naik atau meninggi yang biasanya diberi tanda keatas /....../
b.      Nada datar biasanya diberi tanda garis lurus mendatar /......./
c.       Nada turun atau merendah , biasanya diberi tanda garis menurun /......../
d.      Nada turun naik: nada yang merendah lalu meninggi, biasanya diberi tanda /......../
e.       Nada naik turun: nada yang meninggi lalu merendah, biasanya diberi tanda /......../
Nada yang menyertai bunyi segmental di dalam kalimat disebut intonasi. Dalam hal ini biasanya dibedakan empat macam:
a.       Nada yang paling tinggi, diberi tanda dengan angka 4.
b.      Nada tinggi, diberi tanda dengan angka 3.
c.       Nada sedang atau biasa, diberi tanda dengan angka 2.
d.      Nada rendah , diberi tanda dengan angka 1.


 FONEMIK
Fonemik adalah bidang fonlogi yang mengkaji bunyi bahasa yang membedakan arti yang fungsional. Fonem adalah bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Untuk  membuktikan sebuah bunyi fonem atau bukan haruslah dicari pasangan minimalnya. Misalnya kata laba dan raba.
Identitas sebuah fonem hanya berlaku dalam satu bahasa tertentu saja. Misalnya dalam bahasa indonesia, terdapat pada kata bebek dan kata bebe lafalnya (bebe); tetapi kedua bunyi itu bukan dua buah fonem yang berbeda, melainkan hanya sebuah fonem yang sama, sebab bebek dan bebe bukan merupakan pasangan yang minimal.
Alofon-alofon dari sebuah fonem mempunyai kemiripan fonetis, artinya banyak mempunyai kesamaan dalam pengucapannya. Tenang distribusinya mungkin bersiafat komplementer, mungkin jga bersifat bebas. Yang dimaksud dengan distribusi komplementer, atau bisa juga disebut distribusi saling melengkapi, adalah distribusi yang tempatnya tidak bisa dipertukarkan, meskipun dipertukarkan juga tidak akan menimbulkan perbedaan makna. 
Yang dimaksud dengan distribusi bebas adalah bahwa alofon-alofon itu boleh digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu.
Kriteria dan prosedur klasifikasi fonem sebenarnya sama dengan cara klasifikasi bunyi dan unsur suprasegmental. Bunyi-bunyi vokal dan konsonan itu banyak sekali, sedangkan fonem vokal dan fonem konsonan ini sedikit terbatas, sebab hanya bunyi-bunyi yang dapat membedakan makna saja yang dapat menjadi fonem. Fonem segmental yaitu fonem-fonem yang berupa bunyi yang didapat sebagai hasil segmentasi terhadap arus ujaran. Sedangkan fonem suprasegmental yaitu fonem yang berupa unsur suprasegmental.
Khazanah fonem adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam suatu bahasa. Jumlah fonem dalam suatu bahasa menjadi tidak sama banyaknya karena perbedaan tafsiran menurut pakar yang satu dengan pakar yang lainnya..
Ada beberapa kasus perubahan fonem, yaitu:
1.      Asimilasi dan disimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain sbagai akibatdari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi itu menjadi sama atau mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Asimilasi dibedakan menjadi asimilasi progresif, yaitu bunyi yang diubah itu terletak dibelakang bunyi yang mempengaruhinya. Asimilasi regresif yaitu bunyi yang diubah itu terletak dimuka bunyi yang mempengaruhinya. Sedangkan Asimilasi Resiprokal yaitu, bunyi yang diubah itu terjadi pada kedua bunyi yang saling mempengaruhi, sehingga menjadi bunyi atau fonem yang lain.
Dalam proses disimilasi perubahan itu menyebabkan dua buah fonem yang sama menjadi berbeda atau berlainan.
2.      Kata umlaut dan ablaut dari bahasa Jerman. Dalam studi fonologi kata ini mempunyai pengertian: perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal itu diubah menjadi vokal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal yang berikutnya yang tinggi.
Ablaut adalah perubahan vokal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa indo-jerman untuk menandai berbagai fungsi gramatikal. Kalau umlaut terbatas pada peninggian vokal akibat pengaruh bunyi berikutnya, maka ablaut bukan akibat pengaruh bunyi berikutnya, dan bukan pula terbatas pada peninggian bunyi, bisa juga pada pemanjangan, pemendekan, atau penghilangan vokal.
3.      Proses metatesis bukan mengubah bentuk vonem menjadi vonem yang lain, melainkan mengubah urutan vonem yang terdapat dalam suatu kata. Bentuk asli dan bentuk metatesisnya sama-sama terdapat dalam bahasa tersebut sebagai variasi. Dalam proses epentesis sebuah vonem tetentu, biasanya yang homorgan dengan lingkungannya, disisipkan kedalam sebuah kesatuan bahasa.
4.      Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan makna kata. Sedangkan grafem adalah satuan terkecil sebagai pembeda dalam sebuah sistem aksara.
5.      Arki fonem adalah leksem yang menetralisasikan oposisi antara ciri-ciri makna beberapa leksem. Netralisasi adalah hal atau upaya menjadikan netral atau bebas dan tidak terikat.






[1] BERGABAI  HAL MEGENAI  FONOLOGI

[2]    J.W.M. Verhaar, Asas-Asas Linguistik Umum, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. 2008, hal 19
[3]  Neurologi adalah cabang dari ilmu kedokteran yang menangani kelainan pada sistem saraf. Dokter yang mengkhususkan dirinya pada bidang neurologi disebut neurolog dan memiliki kemampuan untuk mendiagnosis, merawat, dan memanejemen pasien dan kelainan saraf.               
[4]    Suparno, Dasar-Dasar Linguistik Umum, Tiara Wacana, Yogyakarta.2002, hal 81-82
[5]    Pengertian Fonologi-Fonem-Fono Vokal –Konsonan, http://ridwanaz.com/umum/bahasa/pengertian-fonologi-fonem-fona-vokal-konsonan/,  akses, 24 november 2011.
[6]    Fonetik dan Fonemik

Tidak ada komentar:

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL Era teknologi menawarkan efesiensi kerja yang tidak terikat waktu, jarak dan tempat. Sifat...