Rabu, 21 Agustus 2019

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL


HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL

Era teknologi menawarkan efesiensi kerja yang tidak terikat waktu, jarak dan tempat. Sifat unlimited teknologi dan sifat manusia modern yang ingin terkenal, ingin menjadi influencer dan cepat sukses menambah besar penyalahguanaan teknologi khususnya pada media sosial. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Mastel, 2017) menyebutkan bahwa 93% facebook menjadi media penyebar hoaks pertama dan disusul oleh what’s up dan situs web. Fenomena ini menjadi tren baru sejak pemilihan Gubernur Jakarta 2012 dan konflik Suriah tahun 2011/2012. Sejak saat itulah, metode hoaks digunakan untuk mempengaruhi opini publik di Indonesia baik dalam hal positif maupun negatif.

A.    Definisi Hoaks
Hoaks berasal dari bahasa Inggris “hoaks” yang artinya “kabar bohong”. Secara istilah, ia adalah usaha untuk menipu atau mengakali pembaca untuk mempercayai sesuatu melalui media online (merriamwebster.com).
B.     Tujuan Hoaks
Semua tindakan memiliki motif dan tujuan begitu juga dengan pembuatan hoaks. Beberapa tujuannya itu antara lain (Christiany Juditha, 2018: 42):
1.      Membangkitkan sentimen
2.      Memprovokasi publik
3.      Menciptakan dunia wacana sendiri
4.      Menjatuhkan pihak lawan
5.      Memunculkan ketidaksukaan atau kesukaan secara berlebihan
6.      Iseng untuk bersenang-senang
C.     Karakteristik Hoaks
Hoaks memiliki ciri khas yang didasari pada tujuan khusus penulis, yaitu:
1.      Diksi yang bombastis
Kata yang sering digunakan dalam hoaks cenderung lebih bombastis, sehingga menimbulkan efek emosional seperti: Viral, Aneh, Kriminal, Sadis, Jangan dicoba, merinding melihat itu, bersiaplah dan sebagainya.
2.      Simbol keseruan
Simbol dapat menjadi salah satu cara menyapaikan pesan dengan cepat, karena di dalam satu simbol dapat memunculkan bahasa seperti: ....., ?, !, dan .....!
3.      Sering menggunakan diksi bersifat menilai
Kata sifat pada berita atau informasi dapat mengantarkan seseorang pada batasan penilaian tertentu tanpa dia berkesempatan untuk menilai sendiri. Sebagaimana kata cantik, jelek, semok dan pintar.
Dari beberapa contoh hoaks dibawah ini, kita dapat melihat karakter hoaks yang digunakan sebagaimana yang telah dihitamkan. “And now every body know about Indonesia Stupid President , What a shameful”, “Ahok: Kamu Kira Kami Bohong Niat Bangun Masjid dan Naikkan Haji Marbut ?” (@tweeterparpol), “Orang-Orang Tak Berdosa banyak yang disiksa dengan sadis, namun dunia mengabaikan rintihannya” (Shirian Care), “SADIS!” (Shirian Care)
  1. Hoaks sebagai alarm kejiwaan dan kelogisan.

Manusia sebagai makhluk diciptakan dengan akal dan perasaan, sehingga kedua sarana ini bertujuan untuk membentuk manusia yang ideal di mata Allah atau Tuhannya. Manusia tanpa akal seperti hewan dan manusia tanpa perasaan seperti benda mati. oleh karena itu hal-hal yang dapat mematikan akal dan perasaan harus dijauhi dari diri manusia agar manusia ideal itu dapat terbentuk.
Pembuatan hoaks juga menjadi salah satu faktor yang tidak memanusiakan manusia. Tujuannya adalah untuk menipu manusia, menghancurkan manusia, dan merusak pikiran manusia. semua ini merupakan tujuan-tujuan yang tidak mulia. Orang yang yang suka ber-hoaks sama dengan orang yang suka pada ketidakmuliaan. Orang seperti ini keluar dari ranah kemanusia, sehingga ia dapat dikategorikan sebagai manusia dengan kelainan jiwa. Manusia yang mempercayai hoaks juga dikatakan sebagai manusia yang rusak logikanya. Hal ini disebabkan karena alat berfikir sudah tidak mampu bekerja dalam memilah dan memilih informasi yang diterima.

Para pembaca yang haus dengan informasi lebih cenderung menerima informasi tanpa dipikirkan dahulu. Ditambah lagi gaya penyampaian berita hoaks cenderung emosional, sehingga berefek pada totalitas kepercayaan dan reaksi berlebihan pada informasi. Padahal, informasi yang sampai pada kita merupakan sebuah pengetahuan atau bahan mentah akal untuk proses berfikir manusia. Dengan ketenangan jiwa dan akal, maka kita dapat merespon infromasi secara bijaksana dan tidak merugikan diri kita, sebagaimana telah dikatakan bahwa tergesa-gesa adalah perbuatan Setan.
E.     Daftar Pustaka
Christiany Judita, Interaksi Komunikasi Hoaks di Media Sosial Serta Antisipasinya, jurnal Pekomnas, Vol. 3 No. 1 April 2018
Dina Y. Sulaiman, Kompilasi Hoaks tentang Konflik Suriah, pdf


HOAKS SANG BURUNG BERITA



Hening saat Kau datang
Onggokan isu tertenteng
Angkat sayap tuk terbang
Kau bersiul dan berdendang
Sang Burung mulai melayang

Hembuskan isu di persimpangan
Oh.. KASIHAN...!
Aktif sudah dunia fantasi kemanusiaan
Kau kira fantasi dan fakta berdampingan?
Semua memandang mencu/ari kebenaran

Hidup Sang Burung hanya tebar viral
Ouch omongan orang menjadi fenomenal
Adakalanya jadi burung berandal atau begundal
Ketika satu pendapat sangat sakral
Semua orang jadi sentimental


            Hari senja berakhir riuh
            Oak-an burung tweeter menambah gaduh
Ajakan berpikir kian rapuh
Komentator malu bersimpuh
Sang burung sukses menebar kisruh

Hendaknya informasi perlu dicerna
Omongan layak dirasa
Alat pembandingnya ialah logika
Karunia Tuhan terbesar manusia
Satu untuk sepanjang masa

Tidak ada komentar:

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL Era teknologi menawarkan efesiensi kerja yang tidak terikat waktu, jarak dan tempat. Sifat...