Senin, 16 April 2012

Hasan Bin Tsabit


HASAN BIN TSABIT
Hasan bin Tsabit bin Mundir keturunan dari suku Khazraj kabilah Khotoniah di Yasrib (Madinah).  Ayahnya bernama Mundir, beliau adalah sorang tokoh berpengaruh dan dihormati oleh kabilahnya. Ibunya yang bernama Faria’h binti Kholid bin Qais Al-Khazraj, ia mempunyai peranan yang sama sebagai istri Mundir dalam kehidupan bermasyaakat. Ia dijuluki Alansor karena ia termasuk dalam penduduk madinah yang menolong para muhajirin dari mekkah. Beliau meninggal pada tahun 54 H pada masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sofyan di Andalus (Spanyol).
Hasan bin Stabit, biasa dijuluki penyair dua zaman (محضرمون) memiliki umur yang panjang 120 tahun sehingga ia apat menempuh dua masa yakni 60 tahun di jahiliyah  (500–622 M) dan 60 tahun di permulaan islam hingga umayyah (622–750 M) setelah masuk islam. Syairnya sangat berbeda sekali dengan syair yang ia buat sebelum ia memeluk islam. Pada masa jahiliyah mereka masih membanggakan nasab, harta, anak, dan kekuatannya. Berbeda dengan masa islam, syairnya telah terpengaruh dengan pemikiran islam baik secara tema maupun kesusutraannya. Syair islam berisi pujian untuk Allah, nabi dan keimanan. Setelah memeluk islam Ia menjadi salah seorang sahabat rosul yang setia dan selalu membela rasul dalam berdakwah. Dimasa mudanya ia berkunjung beberapa daerah seperti Alhirah dan Damaskus dan ia berkhutbah hngga ke China bersama dengan Sa `d bin Abi Waqqas, Thabit ibn Qays, dan, Uwais al-Qarni. Ia pernah melewati kerajaan Ghasaniah sampai kerajaan Munadirah. Disana ia menemui dan mengunjungi para raja Ghasaniah dan Munadirah memuji, menyanjungnya dengan syair-syairnya yang bagus dan indah. Dari syairnya itu, Ia mendapatkan banyak hadiah dari mereka. Yang paling banyak memujinya dalam syair madh dan gazalnya, diantaranya keluarga Jafrah dari raja Ghasah, karena dari penduduk Yasrib dan kerajaan Ghasaniah saat itu ada hubungan kekerabatan yang erat dan bertetangga. Maka beliau menerima pemberiaan itu secara terus menerus tanpa putus, sampai ia masih menerima pemberiaan itu setelah masuk Islam, sedangkan dari kalangan mereka semuanya masuk Nasrani. Ketika bersyair ia sangat bersemangat sekali membela sukunya Bani Khajraj dengan syairnya, ataupun peperangan secara real ketika ada ayyamul arab, suatu hari dimana ada para penyair berkumpul dipasar ukadz untuk unjuk kebolehannya dalam bersyair (muallaqat).
Ketika rasullah hijrah ke Madinah (Yasrib), penduduk madinah menerima, menyambut rasululah dan kaum muhajirin (penduduk islam Makkah) dengan amat baik termasuk didalamnya terdapat Hasan bin Tsabit. Beliau merupakan penyair islam pertama setelah rasululah hijrah ke Madinah. Hasan bin Sabitlah orang yang pertama yang langsung datang menghadap menemui rasululah dan menanyakan semua perkara itu. Semenjak saat itu juga Hasan bin Tsabit membela agama Islam dengan syair-syairnya dan Khubahnya (orasi) dalam menda’wahkan Islam.
Hasan bin Tsabit termasuk penyair kota (Hadlar) pada masa jahiliah, penyair Yamani pada masa Islam. Tidak ada sahabat dan musuh Rasululah yang melebihi pada masanya. Puisi-puisi Hasan bin Tsabit pada masa jahili sangatlah kering, kasar, keras dan asing bahasanya, diksinya sangat rumit dan sukar untuk dipahami. Tetapi setelah masuk Islam dan mempelajari al-Quran sebagai kitab sastra terbesar puisinya menjadi halus, lembut penyampaiannya kata-katanya, mudah dipahami begitu juga dengan struktur bahasa dan maknanya.

Dua contoh dari syair-syairnya yang berbahasa Arab dan berbahasa Indonesia yang telah dipengaruhi oleh islam.
ولقدْ بكيتُ، وعزّ مهلكُ جعفرٍ،      
 ( حسان بن ثابت )

ولقدْ بكيتُ، وعزّ مهلكُ جعفرٍ،

حِبِّ النبيّ، على البريّة ِ كلّها            

ولقد جزعتُ، وقلتُ حينَ نعيتَ لي:

منء للجلادِ لدى العقابِ وظلها

بالبِيضِ، حينَ تُسلُّ مِنْ أغمادِها،

يوماً، وإنهالِ الرماحِ وعلها

بعدَ ابنِ فاطمة َ المباركِ جعفرٍ،

خَيْرِ البَرِيّة ِ كُلِّها وأجَلّها

رُزءاً، وأكرَمِها جَميعاً مَحْتِداً،

وأعَزِّها مُتَظَلِّماً، وأذَلّها

للحقّ حينَ ينوبُ غيرَ تنحلٍ

كَذِبَاً، وأغمَرِها نَدى ً، وأقَلّها

فُحشاً، وأكثرِها، إذا ما تُجتدَى ،

فضلاً، وأبذلها ندى ، وأدلها

عَ الخَيرِ بَعدَ مُحَمّدٍ، لا شِبهُهُ

بَشَرٌ يُعَدُّ من البَرِيّة ِ جُلّها

Syair dibawah ini terjadi antara Aisyah, Hasan bin Stabit dan Rasul yang sedang dihina oleh orang kafir, situasi ini diungkapkan dalam bentuk syair yang lebih halus dibandingkan diungkapkan pada saat itu juga.

Kamu menghina Muhammad maka aku membelanya
Dan di sisi Allah-lah balasan dari semua itu

Kamu menghina Muhammad yang baik lagi bertakwa
Seorang utusan Allah yang selalu menepati janji

Sesungguhnya bapakku, ibuku dan kehormatanku
Adalah pelindung bagi kehormatan Muhammad dari kalian

Aku kehilangan anak perempuanku jika kalian tidak melihat
Kuda-kuda kami mengepulkan debu di dataran Kada`

Kuda-kuda itu terbang berlomba dengan tali kekangnya
Dengan tombak haus darah yang terhunus di balik lehernya

Kuda-kuda kami terus berpacu dengan kencang
Membuat para wanita mengibaskan debu dari kerudung mereka

Jika mereka membiarkan maka kami berumrah
Dan itulah kemenangan serta tersingkapnya tabir

Jika tidak maka hadapilah peperangan suatu hari
Di mana Allah akan memuliakan siapa yang Dia kehendaki

Allah berfirman, Aku telah mengutus seorang hamba
Yang berkata benar tanpa ada kesamaran

Allah berfirman, Aku telah mengirim pasukan
Orang-orang Anshar yang terbiasa berperang

Apakah orang yang menghina Rasulullah dari kalian
Dengan orang yang memuji dan menolongnya adalah sama

Jibril Utusan Allah ada di pihak kami
Ruhul Qudus yang tidak memilki tandingan

1 komentar:

Bushra Yani mengatakan...

perkongsian yang amat menarik. boleh saya tahu sumber ataupun kitab yang anda gunakan di atas?

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL Era teknologi menawarkan efesiensi kerja yang tidak terikat waktu, jarak dan tempat. Sifat...