Jumat, 04 Januari 2013

Analisis Unsur Intrinsik Novel Magdalena


Analisis Unsur Intrinsik Karya Sastra Musthafa Luthfi el-Manfaluthi:
Judul Asli         : Sous Les Tilleus
Pengarang       : Alphonse Karr
Judul Arab       : Al-Majdulin
Penyadur         : Mustafa Lutfi El-Manfaluthi
Terjemahan    : Magdalena
Penerjemah    : Nursangadah
1.      Tokoh dan Penokohan
Tokoh yang berperan sebagai tokoh utama adalah Stevan dan Magdalena karena kedua tokoh ini memiliki hubungan dengan semua tokoh. Stevan diusir secara halus, Edward sebagai sahabat yang merebut kekasihnya, Eugen sahabat berbagai cerita, Fritz adalah tetangga dan sandaran hidup Stevan saat terpuruk, Hoummel sang guru musik yang menjadikannya menjadi seorang tersohor, keluarga Magdalena dan keluarga Stevan merupakan orang yang suka menghina dan mengusir Stevan, dan Magdalena ialah kekasih yang berpaling karena orang lain.
Tokoh pembantu yang sangat berpengaruh dalam novel ini dan dijadikan sarana dalam membantu membentuk logika cerita ialah, Muller yang memulai perantauan jadti diri stevan, Fritz merupakan sandaran dan perekam seluruh jalan kehidupan Stevan dari awal hingga akhir, dan Hoummel sebagai gurunya dan pembangun karir Stevan. Adapun tokoh yang lain hanya sebagai pelengkap dalam mengisi perjalanan kisah tokoh utama.
2.      Alur
Alur yang digunakan dalam novel Magdalena adalah alur maju karena menceritakan secara runtun kisah Stevan yang dimulai dari kepergiannya untuk merantau. Ia menjadi sangat miskin kemudian bangkit menjadi pria terkenal dan pintar dalam memainkan musik serta hampir menjadi gila karena ditinggal menikah oleh kekasihnya yang sangat ia cintai. Peristiwa yang dibuat mengejutkan adalah sepucuk surat wasiat yang diberikan Magdalena untuk Stevan serta niatan hatinya untuk bunuh diri karena beratnya hidup yang ia pikul selama ia jauh dari sisi Stevan. Hal ini membuat Stevan tak sadarkan diri berkali-kali. Kisah Stevan berakhir dengan kematian yang sangat menyayat hati. Lagu kematian mengiringi akhir-akhir hidupnya diatas pembaringan yang dikelilingi para sahabat dan orang-orang terkasihnya seperti Fritz dan keluarganya. Kisahnya selain diceritakan namun ada beberapa peristiwa yang diceritakan secara singkat dalam surat-surat Stevan, Magdalena dan Susana.
3.      Sudut Pandang
Sudut pandang yang dipakai dalam kisah ini adalah campuran. Penggunaan sudut pandang Aku-an terlihat dalam beberpa surat. Terkadang menggunakan sudut pandang Dia-an yang serba tahu, ini terjadi saat menceritakan kejadian semua tokoh. Kata ganti yang sering digunakan dalam menceritakan tokoh adalah Dia, Stevan, Magdalena, mereka, ia dan sebagainya. Sudut pandang Dia-an bersift unlimated dalam artian mengetahui semua yang dipikirkan para tokoh dan gumamannnya.
4.      Setting
Setting yang diambil adalah daerah pedesaan Eropa. Hal ini terlihat dari penggambaran secara tipikal dengan menggunakan nama-nama eropa seperti mata uang Frenc, nama Magdalena, nama daerah Gutting dan deskripsi secara netral tentang sebuah pedesaan denagan sauasana yang ditumbuhi banyak pepohonan yang di salah satu sisinya terdapat danau.
Latar budaya yang dipakai dalam novel ini adalah secara tipikal kudaya Eropa dalam merayakan acara pernikahan diselingi dengan pesta dansa, namun gambaran budaya yang bersifat netral adalah gambaran orang yang sedang mengalami masa krisis perekonomian adalah seperti Stevan yang hanya bisa makan sekali sehari dengan roti keras dan baju yang lusuh.
Setting waktu yang digunakan adalah mencencritakan masa pra modern, dimana masih menggunakan istilah opera yang dikenal dengan bioskop, kendaraan yang digunakan dalam berperang masih memakai kuda namun sekarang berupa pesawat atau tank, dan kendaraan yang digunakan para orang menengah keatas adalah kereta kuda adapun untuk zaman sekarang adalah mobil. Hal ini adalah pendiskripsian latar waktu secara tipikalnya atau ciri khas. Sedangkan secara netral digambarkan dalam suasan malam atau pagi yang disebut secara langsung. Ada pula penggambaran suasana secara tidak langsung disebutkan seperti penggambaran sauasana sedih atau tegang saat marah.
5.      Tema dan Amanat
Tema yang dapat ditarik dari novel Magdalena adalah “Sifat matrealis akan mejadi Tuhan yang otoriter dalam jiwa yang lemah”
Beberapa amanat yang ingin disampaikan kisah Magdalena dan Stevan kepada kita yaitu:
·         Kita jangan menjadi seperti Magdalena “Membalas air susu dengan air ketuban” atau “Bagai air di atas daun talas”.
·         Jangan kita menjadi seperti Muller “Melihat orang hanya dari sampul”.
·         Ambillah pelajaran dari Hoummel yang dapat menjadi konduktor energi positif pada yang lain.
·         Tirulah sifat malaikat yang bersemayam di dalam jiwa Fritz dan keluarganya.
·         Jangan berputus asa, kita layak bercermin kepada Stevan “Berakit-rakit ke hulu berenang-renang kemudiaan, bersakit-sakit dahulu bersenang-sennag kemudian”.
·         Buang kebiasaan menggunjing dan menggosip orang lain sebagaimana yang dikatakan suri taukadan kita Muhammad “Bergibah seperti memakan daging saudara sendiri” karena mugkin saja orang yang kita gunjingkan lebih mulia dari kita selain itu pula keburukan akan merubah perspektif orang lain.
·         Jangan kita seperti Edward “Ada udang di balik batu”.
6.      Gaya Bahasa
Gaya Bahasa yang digunakan antara lain adalah:
·         Personafikasi yaitu mengumpamakan benda mati seperti makhluk hidup. Contoh: Tetapi kesucian jiwa dan rasa cinta dalam hatinya tidak mengizinkan menjadikannya orang kejam. Kata “mengizinkan” biasanya digunakan untuk pekerjaan makhluk hidup khususnya manusia, namun di novel ini dilanggar hukum itu sehingga digunakan untuk untuk ras cinta dan kesucian yang seakan-akan hidup layaknya makhluk.
·         Hiperbola adalah melebih-lebihkan sesuatu dari kenyataannya. Contohnya: Jiwa mereka seolah-olah terlepas dari jasad, terbang melayang-layang menuju langit yang tinggi, menyaksikan peredaran matahari dan bintang. Bertemu dengan barisan malaikat, mendengar lantunan doa mereka di bawah kaki Arsy, masuk kedalam surga abadi , melihat bidadari yang cantik jelita....
·         Asindeton: adalah gaya bahasa yang menyebutkan secara berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung agar dapat mengalih perhatian pembaca. Contoh: di kebun hanya ada mereka berdua merasakan keamaian, kesenangan, kenikmatan, dan kebahagiaan.
·         Dan masih banyak lagi gaya bahasa yang dapt dianalisis dalam unsur intrinsik ini.  

1 komentar:

@malamin14 mengatakan...

Halo penulis.. izin copy utk tugas yaaa.. thanks, semoga urusannya dimudahkan!:)

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL Era teknologi menawarkan efesiensi kerja yang tidak terikat waktu, jarak dan tempat. Sifat...