Senin, 08 April 2013

Tasawuf sebagai keilmuan




BAB I
PENDAHULUAN
Pada era modern ini, orang-orang merasa frustasi dan tidak memilliki tempat bersandar dari problematika dunianya. Manusia menjadi gila dan gemar bunuh diri. Hal itu terjadi karena minimnya pengetahuan akan Tuhan, Sang Zat Penciptakan. Tidak mungkin seorang pencipta tidak mengetahui apa saja yang dibutuhkan objek pencitaannya, permasalahan apa yang akan menimpanya, setra hal apa yang dapat membantunya. Begitu pula dengan Tuhan. Dia yang menciptakan, menentukan maka Dia pula yang memberikan solusi serta aturan yang pasti sanggup dijalani oleh hamba-Nya.
Kemahabesaran-Nya terkadang diragukan oleh hambanya karena hanya Dia tidak dapat dilihat oleh mata kepala. Tuhan hanya dapat dilihat oleh mata hati. Unsur terdalam dari perasaan yang sensitif terhadap sesuatu yang tidak terindra. Suatu ajaran yang mengajak manusia untuk melihat Tuhan dengan mata hati ketika manusia terjauh dari keburukan yang mengotori hati. Allah itu Zat yang agung dan hanya bisa didekati oleh hati dan cara yang agung. Ajaran itu adalah Tasawuf yang mengajak pada pembersihan diri untuk mempermudah mendekati-Nya.
Pada kenyataannya, Tasawuf menjadi sebuah hal yang kontrafersional di tengah penganut agama begitu pula dengan Islam. Ada yang menyebutkan bahwa ajaran agama ini “sesat” karena menyimpang dari Islam, hal ini terlihat dari penerapan ajaran ini di tengah penganutnya yang sangat “Aneh”, menjauh dari kenikmatan (tidak menikah), keindahan (berpakaian sempit dan lusuh), dan tidak menyentuh ranah politik atau ekonomi. Selain itu, beberapa alasan lain yang dilakukan oleh para penentang ajaran Tasawuf adalah kemiripannya dengan ajaran Budha yang suka menyendiri atau dari ajaran Kristen yang tidak menikah, biasa dikenal dengan mistisme.
Karena hal di atas, maka pemakalah akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan Tasawuf baik dalam linguistik maupun terminologik, asal-usul dan sumber ajaran Tasawuf. Dengan begitu akan jelas dan tidak terjadi misundrestanding dalam memahami Tasawuf sebagai perkenalan dasar sebelum mengenal isi dan ajaran Tasawuf itu sendiri.


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengetian Tasawuf
Beberapa pendapat mengatakan bahwa istilah Tasawuf berasal dari bahasa Arab yang memiliki keterkaitan antara istilah yang digunakan dengan isi ajarannya, antara lain yaitu:
1.      Shafa, (صفاء) artinya suci. Jadi sufi di sini merujuk pada orang yang menyucikan diri melalui ibadah dan amal-amal shalih, terutama shalat dan puasa sunnah.
2.      Shaf, (صف) artinya baris. Yang dimaksud shaf di sini ialah baris pertama dalam salat di masjid. Biasanya baris pertama ditempati orang-orang yang cepat datang ke masjid, yang membaca ayat-ayat al-Quran dan berdzikir sebelum waktu shalat. Orang-orang seperti ini adalah yang berusaha membersihkan diri agar lebih dekat pada Allah.
3.      Ahlu al-Shuffah, (أهل الصفة) yaitu para sahabat yang hijrah bersama Nabi Muhammad SAW ke Madinah dengan meninggalkan harta kekayaannya di Mekkah. Di Madinah mereka hidup sebagai orang miskin, tinggal di Masjid Nabi dan tidur di atas bangku batu dengan memakai shuffah, (pelana) sebagai bantal.
4.      Sophos, (سوفى) dari bahasa Grik atau Yunani artinya hikmah atau kebenaran. Biasanya mereka yang tahu hikmah atau kebenaran yang hakikiyah adalah mereka yang dekat pada sumber kebenaran (Allah).
5.      Suf, (صوف) artinya kain wol. Dalam sejarah Tasawuf, kalau seseorang ingin memasuki jalan Tasawuf, ia meninggalkan pakaian mewah yang biasa dipakainya dan diganti dengan kain wol kasar yang ditenun secara sederhana dari bulu domba. Pakaian ini melambangkan kesederhanaan serta kemiskinan dan kejauhan dari dunia[1].
Dari keterangan di atas, pendapat yang banyak diterima sebagai asal kata sufi adalah yang terakhir. (Harun Nasution). Jadi, sufi adalah orang yang memakai wol kasar untuk menjauhkan diri dari dunia materi dan memusatkan perhatian pada alam rohani.[2]
Pengertian Tasawuf secara istilah menurut tokoh Tasawuf antara lain:
1.      Asy-Syekh Muhammad Amin al-Kurdy
“Tasawuf adalah suatu ilmu yang dapat memberi kita pengetahuan tentang baik dan buruk jjiwa, cara membersihkan dari sifat-sifat yang buruk dan menggisisnya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju keridoan Allah dan meninggalkan larangan-Nya”.[3] Dia menekankan definisonya suatu ilmu yang digunakan dalam mencapai tujuan Tasawuf, antara lain:
a.      Ilmu Syari’ah
b.      Ilmua Thariqah
c.       Ilmu Haqiqah
d.      Ilmu Ma’rifah
2.      Menurut Imam ghozali dalam kitab Ihya’ ‘ulumuddin, Tasawuf adalah ilmu yang membahas  cara-cara seseorang mendekatkan diri kepada Allah  SWT.
3.      Ibnu Kaldum dalam buku Munajat Sufi, Tasawuf adalah sebagian ilmu dari ajaran Islam yang bertujuan agar seseorang tekun beribadah dan memutuskan hubungan selain Allah hanya menghadap Allah semata, menolak hiasan-hiasan duniawi, serta membenci sesuatu yang memperdaya manusia dan menyendiri menuju jalan Allah dalam Kholwat untuk beribadah. [4]
Titik awal dari amalan Tasawuf ketika hendak dikerjakan, ia harus memperbaiki akhlaknya dulu. (Abu Bakar al-Kataany). Akhlak baik diterapkan kepada siapa, apa saja, dimana saja, dan kapan saja. Seluruh aktifitas baik yang didasari akan besarnya keridhaan Allah mencarmin bahwa diri kita selalu mengingat Allah. Tahap inilah yang diajarkan Tasawuf. Sebuah kesias-siaan bila rajin puasa, salat, membaca al-Quran namun tetap bergantung terhadap pemberian orang lain dan mengganggu kenyamanan orang lain.
B.      Asal-Usul Tasawuf
Istilah Tasawuf baru muncul pertama kali pada 780 M atau (w.150 H) oleh seorang zahid dari Syiria bernama Abu Hasyim.[5] Dia yang pertama memakai kata sufi. Namun Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para sufi telah diterapkan pada masa sebelum Rasulallah di kalangan non-muslim. Ada yang mengatakan bahwa Tasawuf merupakan imbas dari keadaan, dimana saat itu terjadi perang politik. Semua kelompok meminta haknya atas kepemerintahan. Saat itulah sufi datang sebagai kelompok yang menjauh dari dunia yang menyiksa dan menjauhkan diri dari Allah. Disisi lain disebutkan bahwa tasawuf muncul sebagai bentuk protes dari orang-orang pecinta Allah terhadap orang-orang Umayyah yang hidup dalam berglamor harta, kekuasaan dan wanita.
C.      Sumber Ajaran Tasawuf
Ada beberapa unsur yang menjadi sumber dari ajaran Tasawuf. Unsur inilah yang terkadang sering disamakan sehingga rancu karena adanya kesamaan. Hal ini disebabkan karena adanya kesamaan dari inti ajaran Tasawuf yaitu berkenaan dengan kebatinan, dimana ajaran kebatinan itu diajarkan oleh setiap agama.
Adapun unsur-unsur yang membentuk ajaran Tasawuf, antara lain:
1.      Unsur Islam/Arab
Islam adalah agama yang kompleks, begitu pula pengaturannya terhadap yang lahir dan batin. Segala hal yang diatur oleh islam bersumber oleh al-Quran dan Hadist. Beberapa aktifitas Tasawuf juga sering dilakukan oleh Rasul dan sahabatnya seperti menyendiri di Gua Hira dan menghabiskan malam dengan beribadah.
Tasawuf adalah ajaran yang mengajarkan cara mendekatkan diri pada adlah dengan jalan batin. Melihat alam sebagai pelantara mengenl Allah (Tafakkur) merupakan aktifitas dari Tasawuf. Allah berfirman dalam QS: al-Fathir ayat 5:
يايها الناس إن وعد الله حق فلا تغرنكم الحيوة التدنيا و لا يغرنكم بالله الغرور
Dalam Hadist pun juga dikatakan:
كنت كنزامخفيا فأحبيت ان اعرف فخلقت الخلق فبى عرفوني
2.      Unsur luar Islam
Pemahaman Tasawuf, dilihat sebagai keilmuan maka dapat menerima berbagai teori dan pendapat secara kritis. Memasukkan unsur kerasionalisan sebuah pemikiran karena keutamaan seorang manusia adalah akal dalam berfikir kritis. Para orientalis berpendapat bahwa Tasawuf islam dipengaruhi oleh unsur agama masehi, unsur Yunani, unsur Hindu, unsur Budha, dan unsur Persia.[6]
1.      Usur Masehi
Beberapa ciri khas dari ajaran Tasawuf yang memiliki kesamaan dengan ajaran Masehiah, antara lain:
a.      Baju yang terbuat dari wol merupakan pakaian para pendeta Nasrani. (Noldicker)
b.      Menyendiri merupakan kegiatan dari kependetaan yang ada sejak masa Jahiliyah. (Von Kromyer)
c.       Menjauh dari pernikahan dengn tujuan menghindar dari dosa yang dapat menghalingi dirinya dengan Tuhannya.
2.      Unsur Yunani
Yunani timbul di masa keislaman Bani Abbasiyah, dimana filsafat berkembang pesat. Pemikiran dari filsafat bertitik pada penyatuan dua wujud. Wujud pencipta dan yang dicipta.
3.      Unsur Hindu/Budha
Pada ajaran Hindu/Budha dikenal dengan pelepasan dan penyatuan ruh dari satu wujud kewujud yang lain. Dalam artian pelepasan jiwa manusia menuju Tuhannya. (Al-Birawi)
4.      Unsur Persia
Adanya kesamaan istilah Zuhud dalam Islam dan Harmuz dalam agama Zarathustra.



BAB III
PENUTUP
Tasawuf merupakan ajaran yang menekankan pada kebatinan yang diajarkan pula oleh banyak agama lain. Namun Islam sebagai agama yang sempurna akan memberikan banyak penekanan terhadap dasar ajaran Tasawuf, sehingga kemungkinan besar ajaran Tasawuf bersumber dari Islam.
Segala sesuatu dapat dipahami ketika mengetahui dasar dari akar kata sebuah peristilahan. Begitu pula dengan kata dasar Tasawuf yang banyak didevinisikan oleh para ahli. Dari seluruh pendapat yang pernah ada adalah kata “shoffa” yang berarti kain wol merupakan akar kata yang mencerminkan isi dari ajaran Tasawuf.
Tasawuf sebagai bidang keilmuan memiliki nilai historis. Sejarah menyebutkan bahwa istilah Tasawuf dikenal pertama kali digunakan oleh seorang yang zuhud, wara’, tawakkal, dan mahabbah bernama Hasyim al-Kuffi as-Sufi pada abad ke-3 Hijriah. (R.A. Nicholson)
Akademisi melihat ajaran Tasawuf sebagai sebuah teori yang terpisah dari bidang lain namun dalam pengamalannya harus dipadukan dengan bidang lain dari ajaran islam yang kompleks (seperti syariah, ushuluddin dan lain-lain) agar kita menjadi orang yang sempurna dalam derajatnya. Sebagaimana pengibaratannya dengan ilmu kesehatan yang terdiri dari dokter dari berbagai spesialis, apoteker, dan perawat. Seluruh ilmu dalam teorinya terpisah namun ketika pengamalannya di kehidupan sehari-hari harus disatukan untuk mencapai sebuah kesempurnaan dan kesuksesan.





DAFTAR PUSTAKA
Sholihin, M. Ag, Prof. DR. Muhammad dkk, (2008) Ilmu Tasawuf: Untuk Mata Kuliah Ilmu Tasawuf di Seluruh Jurusan PTAIN dan PTAIS, CV. Pustaka Setia: Bandung
Asal Usul Tasawuf”, http://albanduni.wordpress.com/2012/03/20/asal-usul-Tasawuf/, akses, 20 03 2012
Mustafa, Drs. H. Ahmad, (2005), Akhlak Tasawuf, CV. Pustaka Setia: Bandung

Pengertian Tasawuf Miturut Istilahi, http://zidandemak.blogspot.com/2011/12/pengertian-Tasawuf-miturut-istilahi.html

Nata, M.A, Dr. H Abuddin, (2002) Akhlak Tasawuf, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Anwar, M. Ag, DR. Rosihon, (2007), Akhlak Tasawuf, pustaka Setia: Bandung


[1] Prof. DR. M. Sholihin, M. Ag. dkk, (2008) Ilmu Tasawuf: Untuk Mata Kuliah Ilmu Tasawuf di Seluruh Jurusan PTAIN dan PTAIS, CV. Pustaka Setia: Bandung, Hal. 12
[2] Asal Usul Tasawuf”, http://albanduni.wordpress.com/2012/03/20/asal-usul-Tasawuf/, akses, 20 03 2012
[3] Drs. H. A. Mustafa, (2005), Akhlak Tasawuf, CV. Pustaka Setia: Bandung, Hal 203
[5] DR. Rosihon Anwar, M. Ag. (2007), Akhlak Tasawuf, pustaka Setia: Bandung, Hal 37
[6] Dr. H Abuddin Nata, M.A, (2002) Akhlak Tasawuf, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, Hal. 185

Tidak ada komentar:

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL Era teknologi menawarkan efesiensi kerja yang tidak terikat waktu, jarak dan tempat. Sifat...