BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Kemahabesaran-Nya terkadang diragukan oleh hambanya
karena hanya Dia tidak dapat dilihat oleh mata kepala. Tuhan hanya dapat
dilihat oleh mata hati. Unsur terdalam dari perasaan yang sensitif terhadap
sesuatu yang tidak terindra. Suatu ajaran yang mengajak manusia untuk melihat
Tuhan dengan mata hati ketika manusia terjauh dari keburukan yang mengotori
hati. Allah itu Zat yang agung dan hanya bisa didekati oleh hati dan cara yang
agung. Ajaran itu adalah Tasawuf yang mengajak pada pembersihan diri untuk
mempermudah mendekati-Nya.
Pada kenyataannya, Tasawuf menjadi sebuah hal
yang kontrafersional di tengah penganut agama begitu pula dengan Islam. Ada
yang menyebutkan bahwa ajaran agama ini “sesat” karena menyimpang dari Islam,
hal ini terlihat dari penerapan ajaran ini di tengah penganutnya yang sangat
“Aneh”, menjauh dari kenikmatan (tidak menikah), keindahan (berpakaian sempit
dan lusuh), dan tidak menyentuh ranah politik atau ekonomi. Selain itu,
beberapa alasan lain yang dilakukan oleh para penentang ajaran Tasawuf adalah kemiripannya
dengan ajaran Budha yang suka menyendiri atau dari ajaran Kristen yang tidak
menikah, biasa dikenal dengan mistisme.
Karena hal di atas, maka pemakalah akan
menjelaskan apa yang dimaksud dengan Tasawuf baik dalam linguistik maupun terminologik,
asal-usul dan sumber ajaran Tasawuf. Dengan begitu akan jelas dan tidak terjadi
misundrestanding dalam memahami Tasawuf sebagai perkenalan dasar sebelum
mengenal isi dan ajaran Tasawuf itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengetian
Tasawuf
Beberapa pendapat mengatakan bahwa istilah Tasawuf berasal dari bahasa Arab
yang memiliki keterkaitan antara istilah yang digunakan dengan isi ajarannya,
antara lain yaitu:
1.
Shafa, (صفاء) artinya suci. Jadi sufi di sini
merujuk pada orang yang menyucikan diri melalui ibadah dan amal-amal shalih, terutama
shalat dan puasa sunnah.
2.
Shaf, (صف) artinya baris. Yang dimaksud
shaf di sini ialah baris pertama dalam salat di masjid. Biasanya baris pertama
ditempati orang-orang yang cepat datang ke masjid, yang membaca ayat-ayat
al-Quran dan berdzikir sebelum waktu shalat. Orang-orang seperti ini adalah
yang berusaha membersihkan diri agar lebih dekat pada Allah.
3.
Ahlu al-Shuffah, (أهل الصفة) yaitu para sahabat yang hijrah
bersama Nabi Muhammad SAW ke Madinah dengan meninggalkan harta kekayaannya di
Mekkah. Di Madinah mereka hidup sebagai orang miskin, tinggal di Masjid Nabi
dan tidur di atas bangku batu dengan memakai shuffah, (pelana) sebagai
bantal.
4.
Sophos, (سوفى) dari bahasa Grik atau Yunani artinya
hikmah atau kebenaran. Biasanya mereka yang tahu hikmah atau kebenaran yang hakikiyah
adalah mereka yang dekat pada sumber kebenaran (Allah).
5.
Suf, (صوف) artinya kain wol. Dalam sejarah
Tasawuf, kalau seseorang ingin memasuki jalan Tasawuf, ia meninggalkan pakaian
mewah yang biasa dipakainya dan diganti dengan kain wol kasar yang ditenun
secara sederhana dari bulu domba. Pakaian ini melambangkan kesederhanaan serta
kemiskinan dan kejauhan dari dunia[1].
Dari keterangan di atas, pendapat yang banyak diterima sebagai asal kata
sufi adalah yang
terakhir. (Harun Nasution). Jadi, sufi adalah orang yang memakai wol kasar
untuk menjauhkan diri dari dunia materi dan memusatkan perhatian pada alam
rohani.[2]
Pengertian
Tasawuf secara istilah menurut tokoh Tasawuf antara lain:
“Tasawuf adalah suatu ilmu yang dapat memberi kita pengetahuan tentang
baik dan buruk jjiwa, cara membersihkan dari sifat-sifat yang buruk dan
menggisisnya dengan sifat-sifat yang terpuji, cara melakukan suluk, melangkah
menuju keridoan Allah dan meninggalkan larangan-Nya”.[3]
Dia menekankan definisonya suatu ilmu yang digunakan dalam mencapai tujuan Tasawuf,
antara lain:
a. Ilmu Syari’ah
b. Ilmua Thariqah
c. Ilmu
Haqiqah
d. Ilmu Ma’rifah
2.
Menurut
Imam
ghozali dalam kitab Ihya’ ‘ulumuddin, Tasawuf adalah ilmu yang
membahas cara-cara seseorang mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3.
Ibnu Kaldum dalam buku Munajat Sufi, Tasawuf
adalah sebagian ilmu dari ajaran Islam yang bertujuan agar seseorang tekun
beribadah dan memutuskan hubungan selain Allah hanya menghadap Allah semata, menolak hiasan-hiasan duniawi,
serta membenci sesuatu yang memperdaya manusia dan menyendiri menuju jalan
Allah dalam Kholwat untuk beribadah. [4]
Titik awal dari amalan Tasawuf ketika hendak
dikerjakan, ia harus memperbaiki akhlaknya dulu. (Abu Bakar al-Kataany). Akhlak baik
diterapkan kepada siapa, apa saja, dimana saja, dan kapan saja. Seluruh
aktifitas baik yang didasari akan besarnya keridhaan Allah mencarmin bahwa diri
kita selalu mengingat Allah. Tahap inilah yang diajarkan Tasawuf. Sebuah
kesias-siaan bila rajin puasa, salat, membaca al-Quran namun tetap bergantung
terhadap pemberian orang lain dan mengganggu kenyamanan orang lain.
B.
Asal-Usul
Tasawuf
Istilah Tasawuf baru muncul pertama kali pada
780 M atau (w.150 H) oleh
seorang zahid dari Syiria bernama Abu Hasyim.[5]
Dia yang pertama memakai kata sufi. Namun Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
para sufi telah diterapkan pada masa sebelum Rasulallah di kalangan non-muslim.
Ada yang mengatakan bahwa Tasawuf merupakan imbas dari keadaan, dimana saat itu
terjadi perang politik. Semua kelompok meminta haknya atas kepemerintahan. Saat
itulah sufi datang sebagai kelompok yang menjauh dari dunia yang menyiksa dan
menjauhkan diri dari Allah. Disisi lain disebutkan bahwa tasawuf muncul sebagai
bentuk protes dari orang-orang pecinta Allah terhadap orang-orang Umayyah yang
hidup dalam berglamor harta, kekuasaan dan wanita.
C.
Sumber
Ajaran Tasawuf
Ada beberapa unsur yang menjadi sumber dari
ajaran Tasawuf. Unsur inilah yang terkadang sering disamakan sehingga rancu
karena adanya kesamaan. Hal ini disebabkan karena adanya kesamaan dari inti
ajaran Tasawuf yaitu berkenaan dengan kebatinan, dimana ajaran kebatinan itu
diajarkan oleh setiap agama.
Adapun unsur-unsur yang membentuk ajaran Tasawuf,
antara lain:
1. Unsur Islam/Arab
Islam
adalah agama yang kompleks, begitu pula pengaturannya terhadap yang lahir dan
batin. Segala hal yang diatur oleh islam bersumber oleh al-Quran dan Hadist. Beberapa
aktifitas Tasawuf juga sering dilakukan oleh Rasul dan sahabatnya seperti menyendiri
di Gua Hira dan menghabiskan malam dengan beribadah.
Tasawuf
adalah ajaran yang mengajarkan cara mendekatkan diri pada adlah dengan jalan
batin. Melihat alam sebagai pelantara mengenl Allah (Tafakkur) merupakan
aktifitas dari Tasawuf. Allah berfirman dalam QS: al-Fathir ayat 5:
يايها الناس إن وعد الله حق فلا تغرنكم
الحيوة التدنيا و لا يغرنكم بالله الغرور
Dalam Hadist pun
juga dikatakan:
كنت كنزامخفيا فأحبيت ان اعرف فخلقت الخلق فبى عرفوني
2. Unsur luar Islam
Pemahaman
Tasawuf, dilihat sebagai keilmuan maka dapat menerima berbagai teori dan
pendapat secara kritis. Memasukkan unsur kerasionalisan sebuah pemikiran karena
keutamaan seorang manusia adalah akal dalam berfikir kritis. Para orientalis
berpendapat bahwa Tasawuf islam dipengaruhi oleh unsur agama masehi, unsur
Yunani, unsur Hindu, unsur Budha, dan unsur Persia.[6]
1. Usur Masehi
Beberapa
ciri khas dari ajaran Tasawuf yang memiliki kesamaan dengan ajaran Masehiah,
antara lain:
a. Baju yang terbuat dari wol merupakan
pakaian para pendeta Nasrani. (Noldicker)
b. Menyendiri merupakan kegiatan dari
kependetaan yang ada sejak masa Jahiliyah. (Von Kromyer)
c. Menjauh dari pernikahan dengn tujuan
menghindar dari dosa yang dapat menghalingi dirinya dengan Tuhannya.
2. Unsur Yunani
Yunani
timbul di masa keislaman Bani Abbasiyah, dimana filsafat berkembang pesat.
Pemikiran dari filsafat bertitik pada penyatuan dua wujud. Wujud pencipta dan
yang dicipta.
3. Unsur Hindu/Budha
Pada
ajaran Hindu/Budha dikenal dengan pelepasan dan penyatuan ruh dari satu wujud
kewujud yang lain. Dalam artian pelepasan jiwa manusia menuju Tuhannya.
(Al-Birawi)
4. Unsur Persia
Adanya
kesamaan istilah Zuhud dalam Islam dan Harmuz dalam agama Zarathustra.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Tasawuf merupakan ajaran yang menekankan pada kebatinan
yang diajarkan pula oleh banyak agama lain. Namun Islam sebagai agama yang sempurna
akan memberikan banyak penekanan terhadap dasar ajaran Tasawuf, sehingga
kemungkinan besar ajaran Tasawuf bersumber dari Islam.
Segala sesuatu dapat dipahami ketika
mengetahui dasar dari akar kata sebuah peristilahan. Begitu pula dengan kata
dasar Tasawuf yang banyak didevinisikan oleh para ahli. Dari seluruh pendapat
yang pernah ada adalah kata “shoffa” yang berarti kain wol merupakan akar kata
yang mencerminkan isi dari ajaran Tasawuf.
Tasawuf sebagai bidang keilmuan memiliki nilai
historis. Sejarah menyebutkan bahwa istilah Tasawuf dikenal pertama kali digunakan
oleh seorang yang zuhud, wara’, tawakkal, dan mahabbah bernama
Hasyim al-Kuffi as-Sufi pada abad ke-3 Hijriah. (R.A. Nicholson)
Akademisi melihat ajaran Tasawuf sebagai
sebuah teori yang terpisah dari bidang lain namun dalam pengamalannya harus
dipadukan dengan bidang lain dari ajaran islam yang kompleks (seperti syariah,
ushuluddin dan lain-lain) agar kita menjadi orang yang sempurna dalam
derajatnya. Sebagaimana pengibaratannya dengan ilmu kesehatan yang terdiri dari
dokter dari berbagai spesialis, apoteker, dan perawat. Seluruh ilmu dalam
teorinya terpisah namun ketika pengamalannya di kehidupan sehari-hari harus
disatukan untuk mencapai sebuah kesempurnaan dan kesuksesan.
DAFTAR PUSTAKA
Sholihin,
M. Ag, Prof. DR. Muhammad dkk, (2008) Ilmu Tasawuf: Untuk Mata Kuliah Ilmu Tasawuf
di Seluruh Jurusan PTAIN dan PTAIS, CV. Pustaka Setia: Bandung
Mustafa,
Drs. H. Ahmad, (2005), Akhlak Tasawuf, CV. Pustaka Setia: Bandung
Pengertian Tasawuf Miturut Istilahi, http://zidandemak.blogspot.com/2011/12/pengertian-Tasawuf-miturut-istilahi.html
Nata,
M.A, Dr. H Abuddin, (2002) Akhlak Tasawuf, PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta
Anwar, M. Ag, DR. Rosihon, (2007), Akhlak Tasawuf,
pustaka Setia: Bandung
[1] Prof. DR. M. Sholihin, M.
Ag. dkk, (2008) Ilmu Tasawuf: Untuk Mata Kuliah Ilmu Tasawuf di Seluruh
Jurusan PTAIN dan PTAIS, CV. Pustaka Setia: Bandung, Hal. 12
[2] “Asal
Usul Tasawuf”, http://albanduni.wordpress.com/2012/03/20/asal-usul-Tasawuf/, akses, 20 03
2012
[3] Drs. H.
A. Mustafa, (2005), Akhlak Tasawuf, CV. Pustaka Setia: Bandung, Hal 203
[4] Pengertian Tasawuf Miturut Istilahi , http://zidandemak.blogspot.com/2011/12/pengertian-Tasawuf-miturut-istilahi.html
[5] DR. Rosihon Anwar, M. Ag.
(2007), Akhlak Tasawuf, pustaka Setia: Bandung, Hal 37
[6] Dr. H Abuddin Nata, M.A,
(2002) Akhlak Tasawuf, PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, Hal. 185
Tidak ada komentar:
Posting Komentar