Senin, 19 Desember 2011

ANALISIS MEDIA CETAK


Disusun oleh nure khun
Poin-Poin Penting Dalam Membandingkan Dua Media Cetak Yang Berbeda
1.      Analisis Ejaan Pada Dua Media Cetak
a.       Surat Kabar Mingguan (DAQU) Deresan al-Qur’an Edisi Maret 2011
Pada surat kabar mingguan DAQU tidak menggunakan Ejaan Yang telah Disempurnakan (EYD) seperti kalimat yang diambil dari bahasa asing yang seharusnya dicetak miring atau digarisbawahi seperti dalam kalimat yang tertulis “...diberi nama Fastabiqul Khoirot” yang seharusnya ditulis miring yakni “Fastabiqul Khoirot”. Begitu pula dengan kalimat “...menjadi Rahmatan Lil Alamin lewat program...” yang sebenarnya ditulis “Rahmatan Lil Alamin” atau “...dirancang Fun” yang ditulis “Fun”.
Walaupun demikian terdapat beberapa kalimat yang menggunakan kaidah yang tepat seperti dalam kutipan berikut “Mereka berkunjung ke RS Dr, Sardjito untuk...”. penyebutan nama ditulis dengan huruf besar atau dalam penulisan nama Tuhan “...di situlah kami sadar bahwa sehat yang Allah berikan... ”
b.      Koran Harian Media Indonesia Edisi Selasa, 6 Juli 2011
Di dalam koran Media Indonesia diseting lebih formal sehingga penulisan sangat diperhatikan, sangat jarang ditemukan kesalahan dalam menulis. Contoh dalam kalimat “Pertemua Dewan Hak Asasi Manusia PBB...”, penulisan nama sebauh lembaga pemerintahan dan ketatanegaran ditulis dengan huruf kapital di tiap katanya begitu pula dengan nama negara “Prancis dan Austria”.
2.      Serapan dan Pinjaman
a.       Surat Kabar Mingguan (DAQU) Deresan al-Qur’an Edisi Maret 2011
Bahasa Indonesia pada umumnya bersal dari bahasa asing yang telah mengalami proses peng-EYD-an yang sering dikenal dengan kata serapan. Dalam surat kabar ini banyak memuat kata serapan, seperti pada kalimat “...yang diberi nama..”. “Nama” merupakan serapan dari bahasa sanskerta begitu pula dengan kalimat “Jamaahnya beragam..”. kata “jamaah” merupakan resapan dari bahasa arab yaitu jama’ah. Dalam kalimat panjang ini memiliki banyak kata serapan yang akan ditebalkan, adapun kalimatnya sebagai berikut “...sedekah materi, namun sedekah tenaga, waktu dan pikiran...karena inilah inti dari dakwah...”, semua ini merupakan serapan dari Bahasa Arab.
Selain serapan yang ditemukan dalam surat kabar ini, terdapat kata-kata yang dipinjam dari bahasa asing seperti dalam kalimta berikut, “...menjadi Rahmatan Lil Alamin lewat...” yang merupakan pinjaman dari bahasa Arab dengan maksud tidak merubah makna terdalamnya. Atau pinjaman dari bahasa Inggris yaitu “...yang dirancang Fun!”.
b.      Koran Harian Media Indonesia edisi Selasa, 6 Juli 2011
Tulisan karangan Moch Anwar S. ini  didapati kata serapan dari bahasa asing, yaitu pada kalimat “... Dewan Hak Asasi Manusia PBB..”. kata “hak” dan “asasi” berasal dari bahasa Arab yaitu al-Haq dan al-Asas. Begitu pula dengan kata cadar yang berada dalam kalimat “...palarangan cadar yang diberlakukan...” merupakan resapan dari bahasa Persia yakni cador. Paragraf pertama pada subbab kedua tertulis “...voting tersebut cukup kontraversial karena menggambarkan bendera Swiss..”. kata “karena” merupakan resapan dari bahasa Sanskerta, adapun kata “bendera” resapan dari bahasa Portugal. Kata “partai” dalam kalimat “....suara cukup besar terhadap partai anti-Islam...” diserap dari bahasa Belanda.
Berita ini juga meminjam kata dari bahasa asing seperti dalam kutipan “...penutup wajah yang penuh atau burkak dan niqab...” yang berasal dari bahasa Arab.
3.      Ragam Bahasa
a.       Surat Kabar Mingguan (DAQU) Deresan al-Qur’an Edisi Maret 2011
DAQU adalah surat kabar yang dikeluarkan oleh lembaga sosial di daerah Deresan Yogyakarta dan berkecimpung dibidang pendidikan, dakwah dan sosial. Oleh karena itu surat kabar ini ditemukan kata-kata dengan dialek Jawa, Yogyakarta. Kalimat “... dirasain bener juga...” atau pada kalimat “jadi kalo mo...” merupakan sekilas sempel dialek yang digunakan oleh orang jawa. Dilihat dari segi penuturnya tergolong para cendikiawan karena ditemukan bahasa ilmiah dan asing seperti kalimat “...justru lebih diprioritaskan karena inilah...” yakni kata “prioritas” atau dalam kalimat “...dengan megikuti pola hidup...” yakni kata “pola”. Nuansa bahasanya yang santai dan mudah dicerna mencerminkan bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan namun berbentuk tulisan, seperti dalam kalimat “Hmm... awalnya sih bingung, tp ketika dirasain bener juga .. ”. Ragam tulisannya menggunakan gaya menulis cerita sebagaimana yang tertulis “... Rasul pernah berkata bahwa amalan...”. semua bahasa yang termaktub dalam surat kabar ini memiliki tulisan dengan gaya tidak resmi atau santai karena diperuntukkan bagi ibu rumah tangga yang sedang weekend­ bersama keluarga.
b.      Surat Kabar Media Indonesia Edisi Selasa, 6 Juli 2011
Media Indonesia merupakan surat kabar formal diperuntukkan bagi semua orang diseluruh Indonesia sehingga penggunaan dialek dihilangkan karena dikhawatirkan akan menyulitkan pemahaman orang diluar dialek tersebut oleh karena itu tidak ditemukan didalamnya sedikitpun dari dialek. Adapun penuturnya bergaya cendikiawan, didalamnya terdapat banyak bahasa yang membutuhkn pemahaman mendalam akan hal tersebut contohnya: “....soal islamofobia yang melanda negara Barat...”, “...warga muslim di Barat sudah menjurus pada ke rasialisme dan diskriminasi.”, “agar dewan PBB membuat resolusi yang....”,  “Poster kontraversial serupa...”, “...diprotes kelompok sayap kanan.” Semua kata “islamofobia”, “rasialisme”, “diskriminasi”, “kontraversial” juga “resolusi” Dan masih banyak lagi bahasa ilmiah dan istilah dalam tulisan ini. Sarana yang digunakan termaksud ragam lisan namun diungkapkan melalui tulisan, tergambar dari kalimat “Sementara itu, komite parlementer...” dan juga pada kutipan “Pada akhirnya, meskipun...”. penulisan dan penggunaan bahasanya disesuaikan dengan ragam pembahasan pada surat kabar nasional bukan lokal, politik bukan kesastraan seperti dalam cuplikan “Pertemuan Dewan Hak Asasi Manusia PBB, pertengahan juli lalu, berjalan lain dari biasanya.” Penggunaan bahasanya disesuaikan dengan suasananya, berhubung tulisan ini adalah berita maka nuansanya semi resmi dalam artian tidak terlalu resmi, tidak sebagaimana ketika berpidato didepan para DPR atau upacara yang bersifat sangat resmi, maka dalam tulisan berita ini ditemukan kalimat yang menunjukkannya suasana sedikit tidak resmi. Seperti dalam kitupan “Karena itulah sempat dimintakan agar dewan PBB itu ...”, penggunaan susunan kata “sempat dimintakan” terlalu kacau dalam sebuah suasana formal.
4.      Diksi
a.       Surat  Kabar Mingguan (DAQU) Deresan al-Qur’an Edisi Maret 2011
Pada tulisan yang berjudul “Amaliah di Taman-Taman Surga” sudah terlihat akan nuansa religiusnya kerena penggunaan kata “amaliah” lebih bermakna dalam dibanding arti dalam bahasa Indonesianya yakni tindakan atau prilaku. Pemilihan kata pada kalimat “...membantu sodara2 kita yang kurang beruntung.” Merupakan pemilihan kata yang tepat karena dapat pemakaian “kurang mampu” memperhalus makna kasarnya yaitu miskin, selain itu kata tersebut dimaksudkan guna mencankup semua kalangan tidak hanya orang miskin tapi orang yang masuk kategori kurang mampu. Pemakaian kata “beliau” pada kalimat “beliau berpesan untuk lebih mensyukuri...” dan “kami” pada kutipan “....agar liputan beliau dapat kami muat dirubik...” sangat tepat untuk mengormati orang tersebut dan “kami” sebagai bentuk kerendahhatian. Penggunaan kalimat “Alhamdulillah” dan “Innalillah” merupakan ungkapan suasana hati terhadap apa yang ia dengar begitu pula dengan kata “yupp”.
b.      Surat  Kabar Media Indonesia Edisi Selasa, 6 Juli 201
Pemilihan kata “islamofobia” dalam kalimat “...resolusi yang mngecam Islamofobia.” lebih ringkas dibanding arti indonesia yang lebih panjang yakni ketakuatan yang besar terhadap Islam. Pada kalimat “...muncul kritik dari sejumlah negara...” Kata “kritik” terkandung makna kritis sedangkan persamaannya ialah “kecaman” tidak mengandung unsur membangun tetapi benuansa buruk. Kata “diprediksi” lebih ilmiah dibanding dengan kata ditebak atau diperkirakan yang lebih populer, seperti dalam kutipan “...belakangan ini yang jumlahnya diprediksi mencapai 15 juta sampai 18 juta... ”. kata “Kampenye” pada kalimat “poster kampanye voting tersebut...” lebih tepat digunakan dalam istilah politik. Kekuatan rasa pada kata “beresiko” lebih mendalam dari pada kata “berakibat” sebagaimana dalam kalimat “... cadar secara penuh kini beresiko didenda...”.

Tidak ada komentar:

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL

HOAKS SEBAGAI TANDA PENYAKIT JIWA DAN AKAL Era teknologi menawarkan efesiensi kerja yang tidak terikat waktu, jarak dan tempat. Sifat...